- Memiliki pengetahuan dasar tentang demensia.
- Mendapatkan dukungan dari keluarga dan komunitas.
- Mengambil waktu untuk istirahat dan merawat diri sendiri.
Kasih yang Tak Pernah Pudar
Kini setiap kali saya pulang ke Cisalak, suasananya terasa berbeda. Kursi tempat Ibu biasa duduk kini kosong, seolah menunggu beliau kembali untuk bercerita.Â
Sofa tempat saya biasa tidur pun terasa dingin tanpa suara lembutnya yang dulu selalu mengisi hari, namun kasih sayang Ibu tak pernah benar-benar pergi. Ia tetap hidup dalam ingatan saya, dalam setiap cerita yang pernah beliau kisahkan, menuntun setiap langkah saya di dunia ini.
Merawat Ibu di masa-masa terakhirnya adalah pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan. Meski penuh air mata dan kelelahan, saya belajar satu hal yang tak ternilai: cinta seorang anak kepada orang tuanya tidak boleh berhenti, bahkan ketika ingatan mereka mulai memudar.
Demensia dapat merengut memori, tetapi kasih sayang tulus tetap tinggal. Kini saya percaya kata-kata terakhir Ibu bukan sekadar larangan untuk sering pulang, melainkan pesan agar saya melanjutkan hidup dengan tegar meski tanpa kehadirannya.
Selanjutnya setiap kali saya menatap langit Subang yang biru. Saya tahu, raga boleh sirna ditelan bumi tapi kasih sayang dan do'a Ibu tetap mengalir abadi.
Catatan Penutup
Tulisan ini saya persembahkan untuk semua anak yang sedang merawat orang tua mereka, terutama yang berjuang menghadapi demensia. Bersabarlah, nikmatilah setiap momen, dan jangan ragu meminta bantuan ketika lelah.Â