MBG alias Makan Bergizi Gratis adalah program unggulan presiden Prabowo semenjak kampanyenya jadi capres di tahun 2024 lalu. Setelah kesekian kalinya -- tercatat sudah empat kali -- menjadi capres dan kali kelima benar-benar terpilih jadi Presiden ke-8, presiden Prabowo langsung mengeksekusi program prioritasnya, yaitu Makan Bergizi Gratis alias MBG.
Sangat beda dengan presiden sebelumnya yang lebih memprioritaskan sarana dan prasarana, program ini unik dan lebih menyasar kepada pemenuhan gizi dan agar anak-anak Indonesia tidak merasakan kelaparan dengan program Makan Bergizi Gratis.
Makan Bergizi Gratis alias MBG sebenarnya program yang banyak dipertanyakan di media sosial, mulai dari anggarannya, menunya, sampai dengan penerima MBG itu.
Anggarannya sangat fantastis, menurut sumber dari Kompas.com hingga Maret 2025 pemerintah telah mencairkan anggaran sebesar 710,5 miliar Rupiah dan telah menjangkau lebih dari dua juta penerima manfaat.
Sementara untuk tahun 2026, pemerintah telah mengalokasikan 335 triliun rupiah untuk Program Makan Bergizi Gratis alias MBG dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2026 denga target penerima akan menjangkau sampai 82,9 juta jiwa, meliputi siswa, ibu hamil, dan balita, sehingga angaran MBG ini menjadi 'raksasa anggaran' yang bakal banyak menyedot duit negara.
Hari Pertama MBG, Beragam Komentar Murid
Begitu diumumkan semalam, Rabu (17 September 2025) bahwa mulai besok Kamis (18 September 2025) kita akan mendapatkan Makan Bergizi Gratis, maka sontak murid yang dibariskan di lapangan saat apel pagi itu berteriak kegirangan sambil loncat-loncat.
Bagi murid yang orangtuanya tidak sempat untuk memasak di pagi hari atau di subuh hari, dengan adanya MBG ini otomatis membantu mereka.
Setelah sampai di rumah sore harinya, karena kita pulang sekolah di atas pukul 16.00 WIB, saya menceritakan kepada istri bahwa mulai besok di sekolah sudah sampai yang namanya MBG alias Makan Bergizi Gratis.
Sang istri hanya senyum tipis saja mendengar curhatan saya, pun dengan anak-anak yang sudah lama mendapatkan MBG di sekolahnya hanya tersenyum juga.
"Pah, kan ada MGB hari ini, apakah Bapak masih bawa bontot?" tanya istri pagi tadi ketika mau masak di dapur.
"Ya, tentulah, biarpun ada MBG, pastinya masakan istri numero uno", canda saya.
Mengingat banyaknya perbincangan di media sosial tentang menu makanan bergizi gratis yang banyak disorot oleh netizen.
Eh, ternyata yang ditunggu-tunggu di pagi hari tidak nongol juga, baru ada pengumuman dari corong pengeras suara yang menyatakan, "Makan Bergizi Gratis datangnya di pukul dua belas siang, saat istirahat kedua."
Banyak yang kecewa karena mereka mengira makan bergizi gratisnya di pagi hari, ternyata di siang hari. Ketika jam istirahat kedua, tibalah makanan bergizi gratis dan kami para wali kelas telah membagi tim, di mana petugas piket, mereka juga yang bertugas untuk membawa makanan ke kelas dan juga nantinya mengumpulkannya kembali selesai makan.
Wali kelas bertugas untuk memastikan pendistribusian MBG sampai ke murid dan memastikan keteraturan saat berlangsungnya MBG. Murid diharapkan duduk teratur, berdoa mengucap syukur, serta memastikan makanan tersebut masuk ke perut murid-murid.
Namun, entah karena masih hari pertama, sehingga dari gestur yang mereka tunjukkan banyak yang harus membiasakan dengan menu makanan yang mereka lihat.
Begitu mereka membuka penutup makanan, banyak yang mencium menu makanan dan tidak serta merta memakannya, namun menunggu teman-teman mereka untuk berdoa, mengucapkan syukur atas rezeki makanan hari ini, dan makan bersama-sama.
Nikmat rasanya jika makan bersama, mau gimanapun rasanya, mereka merasakan nikmat luar biasa dari MBG tersebut. Ada yang tertawa, senang, namun tidak sedikit juga yang merasa biasa-biasa saja, itu lumrah.
Saya jadi teringat masa kecil, waktu itu menunya hanya ikan asin dibakar, dengan sayur yang direbus, tapi nikmatnya luar biasa jika kita makan bareng-bareng, dan itu juga saya lihat diwaktu makan siang bersama dengan MBG.
Keceriaan dan makanannya jadi super bergizi karena dimakan bersama-sama, bercanda ria, menikmati makanan dengan rasa syukur dan penuh kegembiraan. Disitulah letak GIZI dari makanan yang disediakan. Dari kebahagiaan dan keceriaan saat makan bareng, saat makan bersama.
Ternyata esensi dari Makanan Bergizi itu, jika dimakan dengan bersama-sama, rame-rame, dan penuh keceriaan dan kebahagiaan mendapatkan makanan bergizi, bukan dari menunya yang super, tetapi penyediaan hingga cara kita menyantapnya.
Tibalah refleksi ataupun pendapat dari murid yang saya tanya.
"Bagaimana? Enak? Bergizi? Bermanfaat?".
Beragam jawaban murid yang saya tanya, mulai dari "Lumayan pak, tapi ada yang kurang, susunya mana?"
Karena pada menu hari pertama yang ada buah jeruk, bukan susu seperti yang diharapkan oleh murid-murid.
Ada lagi yang menanggapi, "Biasa saja pak, yang penting makan siang terpenuhi dan bersyukur", merujuk dari menunya yang biasa saja.
Namun yang pasti di hari pertama makan siang bergizi terasa spesial, karena sekolah kami terlaksana juga makan siang bertajuk makan siang bergizi gratis, sehingga orangtua tidak terbebani lagi untuk mengantar bontot anaknya untuk makan siang, dan juga mengurangi beban anak untuk membawa dua bontot untuk makan pagi dan siang, serta orangtua sudah dapat mengurangi pemberian uang jajan kepada anaknya.
Lantas apakah makan siang bergizi gratis ini bermanfaat? Ya, bermanfaat, namun lebih bermanfaat lagi jika dananya langsung ditransfer ke orangtua murid, sehingga mereka bisa memasak menu yang lebih bergizi lagi.
Dan, jangan lupa untuk tetap memperhatikan kesejahteraan guru dengan penambahan gaji, tunjangan, dan juga memperhatikan uang makan dan transport guru, karena guru juga bekerja sampai sore hari, bahkan sampai diatas pukul 16.00 WIB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI