Menyalakan setitik api
Setiap hari berkobar siap membakar
Emosi telah memerah
Junjungan telat memberi arah
Kenapa dulu mengajak?
Kemudian saat di medan perang engkau menyuruh beranjak
Mesin sudah panas kau upaya kan berhenti
Pada hal amarah sudah tak terkendali
Kini sembunyi dari orasi silam
Menjadi catatan demokrasi kelam
Tampak keinginanmu hanya hidup dengan nafsu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!