Oktober merangkak sunyi, mengganti jubah jingga yang lelah,
Membawa janji basah dari awan yang telah lama menggantung.
Bukan badai yang keras, melainkan sentuhan lembut yang pasrah,
Mengantar malam yang dingin, dari pelukan hari yang lengang.
Di luar jendela, tirai kelabu perlahan mulai merajut,
Menyambut ketibaan sang hujan yang ditunggu-tunggu bumi.
Ia datang bukan untuk menghancurkan, tapi untuk merajut.
Membawa damai yang murni, membisikkan lagu yang mendamaikan hati.
Tiba-tiba, udara dipenuhi aroma yang khas dan akrab,
Sebuah wewangian ajaib yang hanya dimiliki oleh bulan ini.