Indah sebab dalam dirimu,
Aku melihatnya perlahan menari,
Seperti alunan senja yang sunyi,
Menyentuh ujung jiwa yang sepi.
Selembar waktu yang tak terganti,
Bermata dan berhati dalam bisu,
Mengurai cerita tanpa kata,
Memeluk rindu dalam diamnya.
Sebab bermata, kulihat lukismu,
Warna jingga yang membelai langit,
Menjadi saksi bisu cinta ini,
Terjalin erat, meski tersembunyi.
Hati yang bergetar dalam sunyi,
Lembut seperti angin di sana,
Menjaga janji tak terucapkan,
Di belahan senja yang tak terganti.
Seindah risalah waktu,
Yang dilembutkan oleh perasaan,
Terhenyak dalam heningnya senja,
Bergelora cinta dalam alunannya.
Setiap detik berbisik pelan,
Kisah kita yang tak lekang,
Seperti ombak yang terus berlabuh,
Menyapa pantai dengan setia.
Dalam hangat merah jingga,
Kulihat bayangmu merapat pelan,
Seiring napas yang menenangkan,
Menenun mimpi menjadi nyata.
Seperti langit menyulam awan,
Cinta ini pun tak ternilai,
Meski sunyi merajam hati,
Ia tetap hidup tanpa henti.
Senja datang, menggenggam waktu,
Menyisakan hangat dalam rindu,
Mengukir nama di langit jingga,
Setiap kata pun jadi syair.
Kau dan aku dalam cerita ini,
Melebur dalam warna yang sama,
Menyatu dalam satu tarikan nafas,
Menanti malam buka tirai hati.
Denting sunyi di ujung sepi,
Mengarungi gelombang asmara,
Tega hati merangkai kisah,
Di sela-sela sela waktu.
Cinta adalah senja itu,
Yang hadir tanpa pemberitahuan,
Membawa pelangi yang tak tergapai,
Menjadi bisikan lembut pada malam.
Kala matahari berbisik pelan,
Mengantar malam tanpa keluhan,
Kita berdua dalam renungan,
Menapak jejak yang tak berujung.
Setiap warna senja menyentuh kalbu,
Mencipta bahasa cinta tak terucap,
Terikat oleh harapan yang lembut,
Dalam sunyi yang menyapa rindu.
Senja menyimpan rahasia cinta,
Di bawah sinar yang merah membara,
Setiap detik adalah keindahan,
Dalam pelukan waktu yang fana.
Kau hadir melengkapi langkahku,
Seperti mentari melukis langit,
Kiranya cinta adalah senja,
Yang abadi sampai nanti tiba.
Waktu merapal doa tanpa suara,
Membelai harimu penuh cinta,
Serpihan senja jadi saksi,
Bagaimana kita bertahan diam.
Denting hati yang tak pernah luka,
Dalam gelap, tapi penuh warna,
Seperti kisah senja dan cinta,
Yang terus terpatri dalam jiwa.
Aku dan kau adalah senja,
Dalam tarian cahaya dan luka,
Menjadi satu dalam keheningan,
Meski terpisah oleh ruang dan waktu.
Cinta ini adalah bisu yang dalam,
Mengalun lembut sampai larut malam,
Menjadi pelipur lara hati,
Saat mentari mulai padam.
Tda suara, hanya bisikan,
Kala senja menyapa lembut,
Memeluk malam dengan harap,
Menanti pagi penuh janji.
Kita simpan rasa yang tak terucap,
Dalam gelap yang menyinari,
Cinta dan senja adalah satu,
Melukis hening yang penuh arti.
Dalam sekejap, waktu berhenti,
Memandangmu dalam lengkung senja,
Mengusap rindu yang tersimpan,
Seperti ombak menepi di pantai.
Hati bergetar dalam kelam,
Mengingat janji yang terucap,
Semesta tahu cinta kita,
Terukir indah dalam malam yang sunyi.
Setiap helaan nafas senja,
Mengalir lembut bersama angin,
Membawa cerita yang abadi,
Tentang kau dan aku yang diam.
Dalam tangis yang tak terlihat,
Tertoreh harap dan rindu tersembunyi,
Seindah titian waktu,
Yang dilembutkan perasaan.
Senja dan cinta berjejer rapi,
Dalam pelukan waktu diam,
Setiap warna menjahit mimpi,
Menjadi lukisan panjang yang indah.
Cintaku tak lekang oleh waktu,
Walau senja lekas sirna,
Ia tetap abadi dalam hati,
Menyinari kegelapan rasa.
Indah sebab dalam dirimu,
Aku melihat cinta sejati,
Yang bermata dan berhati,
Seindah risalah waktu.
Dalam lembut perasaan,
Kenangan menjadi cerita,
Senja dan cinta abadi,
Dalam hening jiwa yang penuh rindu.
||Dalam Ruang Rindu Edelweys||Pelalan 12 Oktober 2025||
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI