Sebab rindu ini adalah peta, kompas yang tak pernah keliru,
Menunjuk satu arah: kepadamu, pelabuhan hatiku.
Aku terbang melewati musim yang asing, tak kukenal,
Di mana bunga-bunga layu dan janji tak lagi kekal.
Matahari bersinar garang, atau kabut dingin memeluk erat,
Setiap kejutan cuaca kujadikan bekal, kujadikan hikmat.
Terkadang, langkahku limbung, goyah diterpa bayangan kelam,
Namun gambarmu sebagai tujuan adalah mantra, penerang malam.
Aku menyusuri angin yang tak selalu ramah, yang kencang menusuk,
Mencoba menjatuhkan, mencabut daya hidup yang baru kubentuk.
Bukan hanya angin badai, tapi bisikan ragu yang merobek sunyi,