Di panggung hari, di bawah mentari yang keras,
Kau angkat Pedang Ego, berkilau dan sombong.
Tak ada jeda, tak ada tanya, hanya napas buas,
Menghujam bayangan lemah, dengan gerak yang congkak.
Kau rasa dirimu Tembok Besi tak tertembus,
Hari ini milikmu, takdir tunduk di telapak tangan.
Setiap tusukan adalah Benih Bencana yang tertanam,
Setiap tetes luka adalah tinta pahit di buku hidup.
Kau lukai Jalur Cahaya dengan serpihan tajam,
Memenuhi lorong harapan dengan Kepingan Duri yang hidup.