Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Emisi Karbon: Manusia yang Memproduksi, Manusia yang Menikmati, Semua Spesies Menjadi Korban

14 Oktober 2021   06:05 Diperbarui: 14 Oktober 2021   06:08 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemanasan global menjadikan es di kutub utara mencair. Menjadi ancaman bagi kelangsungan beruang kutub (gambar: National Geographic)

Petani dan nelayan menjadi komunitas yang paling terdampak. Masyarakat pesisir bisa kehilangan tempat tinggal akibat banjir rob permanen.

Untuk itulah, pada 2015 di Paris, Conference of the Parties (COP) 21 dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyepakati  bahwa negara di dunia harus mengurangi emisi karbon (Net Zero Emissions), agar bisa mempertahankan suhu di bawah 2C, di atas suhu udara sebelum era industrialisasi. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Paris Agreement (Kesepakatan Paris).

Kesepakatan Paris, menimbulkan banyak konsekuensi. Bagi negara maju maupun berkembang. Salah satunya adalah, mengurangi asupan karbon pada mesin pabrik dan juga pembangkit listrik. Batubara sebagai sumber energi favorit tapi kotor, harus segera ditinggalkan untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Dampak bagi Indonesia sudah terasa. Uni Eropa menghentikan impor produk sawit dari Indonesia dengan alasan deforestrasi hutan. Padahal bagi Indonesia produk sawit adalah komoditas unggulan yang menyumbang 2,5% PDB.

Indonesia melalui National Determinet Contribution (NDC) berkomitmen, mengurangi emisi karbonnya 29% dengan usaha sendiri dan 41% dari dukungan pihak eksternal hingga akhir 2030. 

Ini artinya PLTU dengan asupan batu bara harus segera diganti dengan menu energi baru yang ramah lingkungan. Padahal Batubara, adalah sumber energi melimpah dan juga komoditas ekspor menjanjikan.

Akan terjadi penurunan produksi yang akan melambatkan pertumbuhan ekonomi. Efek lanjutannya adalah pengurangan lapangan kerja, meningkatnya pengangguran, bahkan krisis energi. Ujungnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional

Tidak banyak pemimpin negara yang berani mengambil resiko, dengan mengorbankan pertumbuhan ekonominya. Ongkos politiknya besar. Yang dilakukan adalah berjalan berdampingan. Produksi batu bara akan terus berjalan namun, sisi lainnya, menggalakkan penanaman mangrove, reboisasi hutan gundul serta menggunakan biofuel sebagai alternatif bahan bakar. Bauran energi dijalankan. Biofuel bersanding dengan energi fosil. Pengembangan energi baru dan terbarukan: Energi surya, angin dan juga air.

Transformasi peralihan dari energi fosil ke energi hijau membutuhkan waktu, kesiapan masyarakat, dan juga niat baik pemerintah dalam wujud kebijakan.

Contohnya saja Inggris. Harga gas di Inggris melonjak tajam sejak September 2021. Kalau dihitung sejak Januari, kenaikannya mencapai 250%. Salah satu sebabnya adalah aturan pasar karbon, di Uni Eropa (UE). Pembatasan penggunaan energi kotor untuk industri. Dengan langkanya energi gas, akhirnya mau tidak mau menggunakan kembali batubara.

Upaya Pengurangan Emisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun