Mohon tunggu...
AGUS SJAFARI
AGUS SJAFARI Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN FISIP UNTIRTA, KOLOMNIS, PEMERHATI MASALAH SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

Mengajar, menulis, olah raga, dan seni khususnya main guitar dan nyanyi merupakan hoby saya.. topik tentang sosial, politik, dan pemerintahan merupakan favorit saya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Urbanisasi dan Desa yang Terpinggirkan

5 Mei 2024   11:54 Diperbarui: 6 Mei 2024   08:28 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Urbanisasi (KOMPAS/HERYUNANTO)

Kondisi inipun tidak saja berlaku bagi orang yang sudah berpendidikan menengah, bagi orang yang tidak berpendidikanpun tergiur untuk mengadu nasib di kota besar.

Pada akhirnya kota -- kota juga banyak dipenuhi oleh orang -- orang yang tidak berpendidikan dan tidak memiliki skill yang mamadai untuk berkompetisi di kota besar.

Meskipun demikian dengan kompleksitas kehidupan di kota besar serta dinamika sosial ekonomi yang sangat tinggi, kota besar tetap saja membuka celah -- celah lapangan pekerjaan yang tidak semuanya dapat dikerjakan oleh orang -- orang yang tergolong kaya.

Kota besar tetap saja membutuhkan tenaga kerja kasar, kuli bangunan, pedagang informal, para tukang parkir, para "pak ogah" yang menyeberangkan jalan, pengamen, dan sebagainya. 

Pada sisi lain kota besar tidak saja menyediakan pekerjaan halal namun juga menyediakan pekerjaan yang haram sekalipun seperti penjambret sampai dengan pengedar narkoba dan jenis pekerjaan yang mengarah kepada criminal lainnya dengan tujuan mendapatkan uang yang banyak.

Kondisi ini yang sangat menjadi beban dari setiap kota besar di Indonesia dengan kompleksitas permasalahannya yang begitu rumit.


Secara sosial ekonomi dampak negatif dari urbanisasi antara lain: over population, potensi kriminalitas dan kejahatan yang semakin tinggi diakibatkan tingkat pengangguran yang bertambah besar, serta beberapa problematika kependudukan lainnya yang dihadapi setiap kota besar. 

Tanah di kota besar seolah menjadi semakin sempit dengan membludaknya penduduk dari desa sehingga harga tanah begitu cepat malambung. Akhirnya orang -- orang yang tidak mampu bersaing di kota besar akan memenuhi rumah -- rumah di gang -- gang kecil, pinggir -- pinggir rel kereta api, di bawah jembatan sehingga sangat mengganggu keindahan kota yang diharapkan menjadi mercusuar pembangunan.

Di sisi lain bagi orang -- orang dari kalangan berduit yang juga membutuhkan perumahan dan lahan untuk berusaha mengakibatkan perambahan lahan yang semakin mengarah kepada tanah -- tanah di pinggiran kota. 

Beberapa desa dan perkampungan yang berbatasan dengan pinggiran kotapun menjadi target penggusuran para developer yang ingin menyulap untuk dijadikan sebagai perluasan kota.

Tamaknya kebutuhan kota besar sehingga para penduduk aslipun tergusur untuk keluar dari "kampung leluhurnya" itu. Konflik perkotaan akibat pelebaran wilayah dan penggusuran menjadi persoalan keseharian di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun