Mohon tunggu...
Agus Tjakra Diredja
Agus Tjakra Diredja Mohon Tunggu... Pengajar

Hapus batas dunia, jelajahi isinya. Jika jenuh, menulislah karena menulis adalah pelarian dan cara terbaik berbagi cerita. https://usudo.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah di Tepi Kali Siwaluh

20 Juni 2025   21:58 Diperbarui: 20 Juni 2025   22:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "K" :  Dokpri

Itu adalah selembar puisi. Tulisan tangan yang kukenal. Tulisan Adam.

Untuk dia yang selalu berjalan di tepian, 

di antara gemericik Siwaluh 

dan senyum yang tak pernah sampai. 

Aku ingin berkata...

Puisi itu terhenti di situ. Kalimat selanjutnya tidak ada. Seperti terputus. Namun, di baliknya, ada sebuah ukiran kecil di dasar kotak timah itu. Sebuah Inisialku dan Adam. Dan di bawahnya, tanggal: 15 Mei 2005. Tepat sehari sebelum kelulusan SMA.

Jantungku berdebar kencang. Kotak ini, puisi ini, telah tersimpan di dasar Siwaluh selama belasan tahun. Adam pasti menyimpannya di sana. Untukku? Atau hanya sebagai curahan hatinya yang tak tersampaikan, yang kemudian hilang? Gemericik Siwaluh tiba-tiba terasa berbeda. Bukan lagi sekadar suara kenangan, tapi seperti bisikan, mengungkapkan rahasia yang terpendam. Bahwa, mungkin, aku tidak pernah sendiri dalam diam itu.

Aku memandang sungai yang mengalir tenang. Siwaluh masih setia, ya. Ia tidak hanya mengalirkan kisah-kisah lainnya, dari masa yang satu ke masa di depannya, tetapi juga menyimpan rahasia-rahasia dari masa lalu. Dan hari ini, Siwaluh telah membisikkan sebuah cerita yang selama ini terkubur lebih dalam dari yang kukira. Sebuah cerita tentang cinta yang tak terucap, bukan hanya dari satu sisi, melainkan mungkin, dari kami berdua.

Sebuah senyum tipis, campur aduk antara keharuan dan penerimaan, tersungging di bibirku. Ini adalah penemuan yang indah, sebuah konfirmasi atas apa yang dulu hanya menjadi dugaan dan harapan masa remaja. Rasanya seperti sebuah potongan puzzle yang akhirnya kutemukan setelah bertahun-tahun.

Tetapi, pikiran itu segera datang: keadaan tentu saja sekarang berbeda. Aku telah menjalani hidupku sendiri. Mungkin Adam juga. Kami memiliki jalan masing-masing, cerita yang berbeda, dan babak baru yang sudah dimulai jauh dari tepi Siwaluh. Penemuan ini bukan tentang membangkitkan kembali apa yang sudah berlalu, melainkan tentang memahami, tentang melengkapi sebuah kisah yang tak tuntas. Kenangan itu akan tetap menjadi bagian dari diriku, seperti gemericik Siwaluh yang tak pernah benar-benar lenyap dari ingatan. Hanya saja, kini aku memandangnya dengan pemahaman yang lebih utuh, dan dengan kesadaran bahwa sungai kehidupan telah membawa kami ke alur yang berbeda.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun