Dalam hati Lehman merasa bangga, karena kedua orang tuanya memberikan nama 'Lehman' kepadanya. Seperti tak sabar mendengar kisah berikutnya, Lehman pun berucap, "Terus, Bah?"
"Menurut kisah yang diceritakan oleh Kai Ali, Demang Lehman mempunyai dua senjata pamungkas yang sakti. Kedua senjata itu dihadiahkan Kesultanan Banjar kepadanya. Nama senjata pusaka itu adalah Keris Singkir dan Tombak Kalibelah."
"Wah, pasti Demang Lehman adalah pahlawan Banjar yang sakti dan hebat, ya!" sahut Lehman bersemangat.
Abah Lehman pun kembali melanjutkan penuturannya, "Benar sekali, Nak. Demang Lehman itu sangat ditakuti oleh bubuhan Walanda. Banyak sekali bubuhan Walanda yang berhasil dibunuh oleh Demang Lehman bersama pasukannya dalam Perang Banjar. Di zaman bahari itu, Demang Lehman dibantu Kiai Langlang dan Haji Buyasin untuk memimpin peperangan di wilayah Martapura dan Tanah Laut."
Tiba-tiba Abah Lehman berhenti sejenak sambil menunjuk-nunjuk kain sarung yang dikenakan anaknya sembari bertanya, "Lehman, ikam tahu tidak hikayat sarung Demang Lehman yang sering ikam pakai itu?"
"Sarung Demang Lehman?!" tanya Lehman tidak mengerti.
Abah Lehman menarik nafasnya dalam-dalam. Setelah termangu sesaat, dia kemudian melanjutkan kisahnya. "Kai Ali itu mempunyai sarung yang warna dan motifnya hampir sama dengan sarung yang sering ikam kenakan ini. Konon, Abahnya Kai Ali yang bernama Datu Djantera pernah mendapat warisan dari leluhurnya berupa sarung dengan motif dan warna seperti itu. Leluhur kita itu ikut dalam Perang Banjar bersama Demang Lehman dan pasukannya."
"Lalu kenapa sarung ini Abah sebut dengan nama sarung Demang Lehman? Apakah sarung ini warisan leluhur kita yang diberikan langsung oleh Demang Lehman?" tanya anak itu makin penasaran.
Tak terasa, mereka berdua akhirnya tiba di halaman rumah. Segera Abah mengajak Lehman untuk duduk-duduk di teras sembari menikmati sinar matahari pagi yang mulai muncul di ufuk timur.
"Lehman, leluhur kita memang di zaman bahari ikut berjuang bersama tentara Demang Lehman lainnya. Beliau-beliau adalah pejuang dan pahlawan kita sabarataan. Tanpa perjuangan mereka, bisa jadi kita belum merdeka saat ini. Nah, di sela-sela perjuangan itu, salah seorang leluhur kita pernah menerima penghargaan dari Demang Lehman," ucap Abah Lehman di waktu berikutnya.
"Ulun tahu, ulun tahu, penghargaan itu bentuknya seperti piala ya, Bah? Atau kalung medali yang ganal?" sahut Lehman dengan penuh percaya diri.