Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... wellness coach

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kamu Bangga Menjadi "Trah" Orang Besar?

16 November 2020   10:26 Diperbarui: 16 November 2020   10:35 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Trah koleksi pribadi | Agung Webe

Dalam budaya Jawa, dikenal istilah 'Trah'. Hayooo siapa yang masih ada 'kumpulan trah' dalam keluarganya? Biasanya kumpulan Trah ini berkumpul setahun sekali dalam momen lebaran sehingga masing-masing anak cucunya masih dapat mengenal siapa-siapa saja garis keturunan dalam keluarganya.

Kalau tidak ada budaya 'Trah' mungkin saja (contoh) anaknya cucu saya tidak akan mengenal lagi anaknya cucu adik saya.

Trah dibuat bukan tanpa tujuan. Tujuan pertama adalah 'ngumpulke balung pisah' (mengumpulkan saudara-saudara yang terpisah) dan yang paling penting adalah menjaga budaya dalam garis keturunan tersebut.

"Bagi yang belum familiar dengan istilah Trah, Trah adalah garis silsilah keturunan"

Menarik sekali bahwa Trah dibuat salah satunya untuk menjaga budaya atau pesan-pesan moral dari Trah pertama dari garis silsilah tersebut. Misalnya, Trah saya mulai dari Agung webe, maka dengan trah yang saya buat, garis keturunan ke bawah saya untuk menjaga budaya yang saya bangun, pesan-pesan moral yang saya bagikan bagi anak cucu dalam trah tersebut.

Budaya Jawa membatasi silsilah ini hanya sampai silsilah ke 18. Mengapa? Ya, karena silsilah ke 19 sudah sangat jauh dan sangat mungkin sudah tidak 'nyambung' dengan budaya awal yang dibangun yang disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor itu diantaranya adalah;

- Tidak ada lagi kumpulan trah

- Kalau ada kumpulan trah tidak ada diskusi dan pembahasan tentang budaya trah dan penyampaian pesan moral yang diusung trah pertama.

Hal ini sama dengan seseorang yang dalam silsilah masuk dalam silsilah Raja Jawa dalam trah ke 38. Kalau hal tersebut hanya pencantuman silsilah sehingga dalam status masyarakat tercantum sebagai turunan raja, ya hal ini hanya sebagai catatan pribadi dalam silsilah keluarga.

Saya banyak mempunyai teman yang masuk dalam silsilah Raja Mataram dengan silsilah Trah yang lebih dari Trah 18. Kadang saya iseng bertanya tentang Visi Panembahan Senopati mendirikan Mataram, dan mereka tidak dapat menjawab. Ya, karena silsilah tadi hanya sebagai catatan saja.

Atau yang parah adalah, ada turunan Trah yang berbudaya dan bertingkah laku tidak selaras dengan budaya yang diusung trah pertama. Misalnya, Trah pertama dikenal sebagai orang yang 'andap asor, lembah manah dan tidak agidung adiguna', namun ada turunan yang sangat bertolak belakang dari itu semua. Hal ini sangat mungkin, apalagi mereka yang lebih dari Trah 18 sehingga sudah tidak lagi mempunyai rasa yang sama atau tidak nyambung lagi dengan trah pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun