Bagi ilmuwan, pemikir, atau kelompok kritis, keyakinan ilmiah adalah sesuatu yang tak dapat ditawar.
Galileo Galilei diadili karena meyakini kebenaran gagasan terlarang heliosentris Copernicus yang menempatkan matahari sebagai  pusat tata surya. Socrates dihukum mati karena mengingkari keberadaan dewa-dewa Yunani kuno. Juga karena mengajar kaum muda zaman itu (399 SM) untuk senantiasa berpikir dan tidak hanya bersikap menerima.
Seperti itu. Bangunan pengetahuan yang tegak saat ini sebagian pondasinya terbentuk lewat dinamika segelintir orang "kurang kerjaan" yang cerewet pada kelaziman yang taken for granted. Tanpa mereka yang suka berpikir lebay itu stabilitas memang terjaga. Namun demikian dapat dipastikan bahwa dalam kemapanan yang terlalu massif tak banyak kemajuan dapat tercapai.
Sisi "negatif" ulah para overthinker ini adalah instabilitas. Kegoncangan. Kebiasaan-kebiasaan atau sudut pandang yang jadul harus berubah dan hal itu menuntut adaptasi atau penyesuaian.
Dalam skala global-historik, temuan dan inovasi yang terjadi lalu menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang. Muaranya buku-buku sekolah harus direvisi dan para guru perlu terus belajar juga. Murid-murid ikut kena getahnya pula, jadi pusing karena rumus terus bertambah dan hapalan semakin banyak.***