Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais, PKS, dan Klan Cendana Tidak Ikut Dirangkul ataukah Belum?

25 Juli 2019   22:48 Diperbarui: 25 Juli 2019   23:58 2710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati dan Prabowo dalam pertemuan terakhir yang terjadi setelah Pilpres 2019 (thejakartapost.com).

Bertemunya Megawati-Prabowo dan Paloh-Anies secara bersamaan kemarin (24 Juli 2019) cukup menyita perhatian publik dan mengundang penafsiran terbuka. Ternyata perencanaan agenda pertemuan Megawati-Prabowo bahkan sudah dirancang sejak tahun 2018, bertepatan  momen Asian Games.

Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut adalah sinyal keretakan yang terpapar ke khalayak karena Nasdem sudah tidak cocok dengan Megawati. Apalagi Anies Baswedan kemudian dimotivasi dengan dukungan untuk maju pilpres 2024. Sesuatu yang berpotensi bikin geer Anies, padahal presiden yang baru terpilih saja belum dilantik.

Pandangan bahwa pertemuan Gondangdia antara Surya Paloh dengan Gubernur DKI diterjemahkan sebagai sinyal keretakan koalisi incumbent sebetulnya agak sukar dipahami. Sebagai pengingat, Nasdem mendukung Jokowi itu tanpa syarat dan hubungan dengan PDIP sudah berlangsung sejak lama. Jadi, alasan Nasdem menjauh hanya gara-gara Mega bertemu Prabowo itu kurang kuat dasar pijakannya.

Ditinjau dari sudut pandang lain, pertemuan simultan itu dapat kita maknai sebagai wujud 'pembagian tugas' saja di kubu Jokowi untuk  menyelesaikan tahap-tahap rekonsiliasi. Semacam percepatan untuk mengaburkan polarisasi sehingga pertengkaran yang tidak produktif antarpendukung capres dapat segera diakhiri sampai tuntas.

Jika kedua agenda pertemuan itu sama tujuannya, mengapa tidak digabung sekalian? Jawabnya adalah untuk menghindari pesan yang keliru yang tidak sejalan dengan tujuan semula. 

Prabowo akan merasa pertemuan itu tidak lagi spesial (karena Megawati berarti harus masak nasgor buat Anies juga); sementara Anies Baswedan akan terkesan agak terlalu ditinggikan.

Apapun itu semoga rekonsiliasi di tingkat elit memberi dampak dalam kehidupan nyata, misalnya semakin cepatnya aparat penegak hukum menangkap dalang kerusuhan 22 Mei lalu. Jokowi juga masih punya PR untuk mengungkap pelaku penganiayaan terhadap penyidik  KPK, Novel Baswedan.

Sebelum momentum dua pertemuan  di atas, istana diketahui pernah menerima kedatangan pimpinan PAN Zulkifli Hasan dan petinggi Demokrat Agus Yudhoyono. Jokowi dan Megawati juga menemui keluarga SBY saat mereka terkena musibah ketika sakit hingga wafatnya Ani Yudhoyono.

Hubungan yang 'dingin membeku' antara PDIP dengan Demokrat saat ini sudah kembali mencair dan secara politik dapat dianggap normal.

Yang belum terjadi adalah pertemuan antara pihak petahana dengan tiga elemen oposisi ini: PKS, politisi atau petinggi partai dari trah Cendana, dan Amien Rais dengan loyalisnya.

Saat pemilu memanas ada desakan  agar Jokowi bertemu dengan Amien Rais untuk meredam konflik di lapangan. Namun pertemuan itu rupanya belum berhasil terwujud.  

Penyebabnya bisa jadi karena Amien Rais memosisikan diri sebagai senior sehingga Jokowi yang egaliter enggan merapat. Atau, ada sebab-sebab historis lain yang kita belum tahu. Yang pasti, tidak pernah ada kendala teknis yang layak  jadi penghambat pertemuan antara kedua tokoh asal Solo ini.

Selain dengan sesepuh PAN itu, agenda pertemuan antara kubu Jokowi-Ma'ruf dengan elit PKS  dan Partai Berkarya juga belum diperbincangkan.

Partai milik Tommy Soeharto memang hanya meraup suara sedikit sehingga gagal lolos parliamentary treshold yang 4% itu. Tetapi perolehan suara PKS sangat signifikan dalam pemilu tahun ini. Peningkatannya cukup tajam dibanding pemilu sebelumnya sehingga PKS termasuk partai yang sukses dalam kontestasi pemilu legislatif lalu.

Jika pertemuan antara kubu pemenang dengan 3 elemen oposisi tersebut tidak terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama maka hal itu dapat menimbulkan situasi keterkucilan pada ketiganya.

Fakta bahwa Prabowo bertemu petahana tanpa koordinasi sebelumnya menunjukkan bahwa kubu oposisi saat ini sudah berjalan sendiri-sendiri. Kecaman terhadap Prabowo lalu muncul dari para mantan pendukungnya, terlebih nasib Rizieq Shihab yang masih gelap apakah jadi pembahasan ataukah tidak. Damai Hari Lubis yang mengatasnamakan PA 212 bahkan sudah mengucapkan salam perpisahan kepada Prabowo  sejak pertemuan Jokowi-Prabowo di atas MRT.

Ini sekadar kepo saja, tidak begitu penting untuk diseriusi. Yang utama adalah pengungkapan dalang-dalang kerusuhan itu, pemberantasan korupsi, dan kelanjutan pembangunan infrastruktur fisik dan mental spiritual.  Semoga tidak ada yang mangkrak.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun