Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 3 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 3 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana dengan konsistensi kualitas yang mendapat sorotan headline dan highlight. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg | 📞 +62 813-2045-5598 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menemukan Kompas Diri: 3 Pertanyaan yang Menuntun Visi Kepemimpinan

4 September 2025   21:35 Diperbarui: 4 September 2025   21:35 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pemimpin sejati tidak diukur dari seberapa cepat ia bergerak atau seberapa banyak tugas yang diselesaikan, tetapi dari seberapa jelas ia memahami dirinya sendiri, nilai yang dijunjung, dan dampak yang ingin ditinggalkan. Kepemimpinan tanpa visi adalah kapal tanpa kompas - bergerak, tapi terseret arus."

Kepemimpinan Dimulai dari Diri Sendiri

Dalam berbagai kesempatan membimbing para MT (management trainee), baik yang bekerja di kantor pusat maupun di lapangan, saya sering terpesona oleh energi dan keyakinan tinggi mereka. "Hebatnya", seolah karier sudah menanti di depan mata. Namun, tiga bulan kemudian, saat mereka diminta mempresentasikan hasil kerja di lapangan, baru terlihat siapa yang benar-benar siap memimpin.

Beberapa MT hanya mengangkat masalah berdasarkan instruksi atasan. Beberapa lagi menemukan masalah sendiri, tapi menunggu persetujuan sebelum bertindak. Ada pula yang berani menentukan sendiri masalah penting yang harus diselesaikan, tanpa menunggu lampu hijau.

Yang paling menentukan bukan masalah yang mereka pilih, bukan pula solusinya. Yang paling penting adalah alasan di balik pilihan itu: mengapa masalah tersebut menjadi prioritas? Sejauh mana kontribusinya bagi tim dan perusahaan? Inilah yang menandai kualitas kepemimpinan sejati.

Dari proses itu, satu pelajaran besar terlihat jelas: banyak orang bercita-cita menjadi pemimpin hebat, tapi tanpa pemahaman diri yang jelas, arah kepemimpinan mudah tersesat. Kepemimpinan tanpa visi ibarat kapal tanpa kompas. Bergerak, tapi mudah terseret arus.

Artikel ini akan mengajak Anda menyingkap kompas diri melalui tiga pertanyaan reflektif yang membantu memahami kekuatan pribadi, nilai hidup, dan tujuan lebih besar. Dengan begitu, kepemimpinan Anda tidak hanya menjadi peran, tapi arah yang autentik dan berdampak bagi diri sendiri maupun orang lain.

Tiga Pertanyaan Reflektif

Ada 3 pertanyaan favorit saya yang selalu saya berikan, saat saya memberikan training kepada para MT baik di indoor atau pun outdoor. Ketiga pertanyaan ini diperuntukkan untuk menemukan kompas kepemimpinan pribadi, bagi para peserta :

1. Apa kekuatan inti saya yang paling bisa diandalkan?

Jawaban atas pertanyaan ini memberikan landasan kokoh: apa yang membuat Anda berbeda dan bisa memberi kontribusi unik. Menurut studi oleh Daniel Goleman, kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain merupakan aspek penting dalam kepemimpinan yang efektif.

2. Nilai apa yang ingin saya perjuangkan sebagai pemimpin?

Visi sejati lahir dari nilai, bukan sekadar target angka. Menurut penelitian oleh John P. Kotter, pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu mengkomunikasikan visi yang jelas dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti arah tersebut. 

3. Dampak seperti apa yang ingin saya tinggalkan dalam 3--5 tahun ke depan?

Kepemimpinan adalah tentang warisan (legacy), bukan hanya posisi. Studi oleh Bass dan Riggio menunjukkan bahwa pemimpin transformasional yang memiliki visi yang jelas dapat meningkatkan kinerja dan motivasi tim secara signifikan.

Meski anda kini bukan MT, tak ada salahnya jika kita menatat jawaban dari 3 pertanyaan diatas dengan jujur. Dan saya berharap, tulisan ini bisa menjadi cikal bakal Leadership Vision Statement yang autentik dan inspiratif.

Studi Kasus: "Andi, Koordinator yang Mencari Arah"

Andi adalah seorang koordinator muda yang berprestasi di perusahaan ritel yang sudah go public. Dalam pekerjaannya, ia selalu dikenal sebagai problem solver yang cepat. Setiap pekerjaan yang saya berikan kepadanya, ia satset mampu menyelesaikannya dengan cepat dan sangat memuaskan. Namun, ketika dipromosikan menjadi supervisor, Andi merasa kehilangan arah. Ia sibuk mengerjakan hal teknis, tetapi timnya mulai merasa tidak terarah.

Suatu hari, saya menanyakan tiga pertanyaan reflektif tadi. Hasilnya:
* Kekuatan Andi adalah kemampuan analitis yang tajam dan ketenangan saat menghadapi tekanan.
* Nilai yang ia yakini adalah keadilan, dimana setiap anggota tim harus punya kesempatan yang sama untuk berkembang.
* Dampak yang ia inginkan sangatlah mulia. Yaitu membangun tim yang mandiri dan saling mendukung, bukan hanya bergantung pada dirinya.

Sejak itu, Andi menuliskan visi kepemimpinannya: "Saya ingin memimpin tim yang berani berpikir, adil dalam berbagi kesempatan, dan solid menghadapi tantangan."

Dalam 6 bulan, perubahan terasa. Tim Andi lebih percaya diri mengambil keputusan, dan ia sendiri menjadi pemimpin yang lebih dihormati. Penyebabnya sederhana, produktivitasnya per meter persegi di tempatya, paling tinggi se-Jabodetabek saat itu.

Langkah Praktis: Membangun Kompas Diri

Berangkat dari sedikit pengalaman diatas, untuk mulai menemukan dan menguatkan kompas kepemimpinan, lakukan 3 latihan sederhana berikut. Pola ini sudah saya terapkan di lapangan, dan hasilnya cukup signifikan :

1. Tulis "Peta Kekuatan" Pribadi (Strength Map)
* Buat daftar 5--7 kekuatan diri berdasarkan pengalaman.
* Minta masukan dari 2--3 rekan kerja atau sahabat terpercaya.

2. Susun Pernyataan Nilai Pribadi (Value Statement)
* Pilih 3 nilai inti (misalnya: integritas, keberanian, kolaborasi).
* Tulis bagaimana nilai itu akan memengaruhi cara Anda memimpin.

3. Buat Draft "Leadership Vision Statement" (1--2 kalimat)
* Contoh: "Saya ingin menjadi pemimpin yang menginspirasi tim lewat keadilan dan keberanian mengambil keputusan."
Uji pernyataan ini pada diri Anda: apakah terasa autentik?

Studi Ilmiah dan Praktik Terbaik

Penelitian oleh Daniel Goleman dalam artikelnya "What Makes a Leader?" menunjukkan bahwa kecerdasan emosional lebih penting daripada IQ dalam menentukan efektivitas kepemimpinan. Selain itu, studi oleh Bass dan Riggio dalam "Transformational Leadership" menekankan pentingnya visi dalam memotivasi dan menginspirasi tim.

Praktisi sukses seperti Howard Schultz, mantan CEO Starbucks, juga menekankan pentingnya memiliki visi yang jelas dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim. Dalam MasterClass-nya, Schultz berbagi bahwa visi yang kuat membantu perusahaan menghadapi tantangan dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang.

Kepemimpinan Dimulai dari Diri Sendiri

Kepemimpinan selalu dimulai dari diri sendiri. Dengan menemukan kompas diri, Anda tidak hanya tahu ke mana harus melangkah, tetapi juga memberi inspirasi bagi orang lain untuk ikut dalam perjalanan itu.

Pemimpin besar bukanlah yang punya semua jawaban, melainkan yang tahu pertanyaan mana yang paling penting untuk ditanyakan.

Refleksi untuk Anda:
+ Jika Anda berada di posisi Andi, bagaimana Anda akan menjawab 3 pertanyaan reflektif di atas?
+ Apakah visi kepemimpinan Anda lebih condong ke hasil jangka pendek atau dampak jangka panjang?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Anda dapat mulai merumuskan kompas diri yang akan menuntun langkah kepemimpinan Anda ke depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun