"Struktur bukan sekadar susunan jabatan. Ia adalah refleksi arah berpikir, prioritas masa depan, dan cara organisasi menjawab tantangan zaman."
Ketika OSIS Gagal Menyentuh Realitas Siswa
Coba tanyakan kepada beberapa siswa: "Apa yang dilakukan OSIS selama ini untukmu?" Sebagian mungkin menjawab, "Mengurus lomba 17-an," atau "Bikin acara pentas seni." Hanya sedikit yang bisa menunjukkan peran OSIS sebagai organisasi kepemimpinan yang dinamis, responsif, dan berdaya pengaruh.
Padahal dunia luar berubah cepat. Teknologi, isu kesehatan mental, tantangan sosial, hingga semangat kewirausahaan kini menjadi bagian dari kehidupan pelajar. Maka pertanyaannya tajam: apakah struktur OSIS kita masih relevan, atau hanya meniru kerangka masa lalu yang tak lagi bernyawa?
Sudah saatnya kita berani mendobrak kebiasaan dan membangun ulang organisasi siswa berdasarkan kebutuhan zaman.
Mengapa?
Karena, seperti kata Ade FM - Pemerhati Pendidikan: "Kepemimpinan yang tumbuh dari sekolah bukan hanya mengatur kegiatan, tapi mengasah keberanian berpikir, bertindak, dan berdampak."
Mengapa Sekbid Tak Lagi Cukup?
Sebagian besar sekolah masih menggunakan struktur Sekretariat Bidang (Sekbid). Kerangkanya yang rigid, terkotak-kotak, dan kerap menimbulkan tumpang tindih tugas. Nyatanya, dari 10 Sekbid, hanya 2-4 yang biasanya berjalan efektif. Sisanya menjadi formalitas tahunan, bahkan kehilangan makna fungsional.
Transformasi dari Sekbid menjadi Divisi bukan sekadar perubahan istilah. Ini adalah lompatan budaya organisasi. Divisi menyiratkan profesionalisme, fokus kerja, dan akuntabilitas. Ini bukan sekadar organisasi siswa, tapi miniatur organisasi masa depan.