"Siapa pun yang bertakwa kepada Allah, pasti Allah akan membukakan jalan keluar baginya, dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Thalaq, 65: 2--3)
Rezeki: Antara Ilusi Daya Tarik dan Petunjuk Ilahi
Dalam dekade terakhir, konsep Law of Attraction (LoA) menjamur sebagai "ilmu menarik rezeki". Sebuah teori bahwa pikiran positif dan visualisasi kuat dapat "menarik" hal-hal baik, termasuk kekayaan dan kesuksesan. Banyak seminar, buku motivasi, dan konten media sosial mempopulerkan doktrin ini sebagai kunci semesta.
Namun, sebagai seorang Muslim yang beriman kepada wahyu, kita perlu mengkritisi dengan tajam: benarkah rezeki hanya soal mindset dan frekuensi energi? Atau adakah panduan yang lebih utuh, lebih kokoh, dan dijamin langsung oleh Dzat yang Maha Memberi?
Artikel ini mengajak kita meninggalkan simplifikasi LoA dan kembali pada fondasi spiritual yang kokoh: kunci rezeki berbasis wahyu dalam Al-Qur'an.
Mengapa Harus "Lupakan" Law of Attraction?
Bukan karena semua unsur LoA keliru. Ada bagian yang relevan: berpikir positif, bersyukur, dan tekun. Tapi masalah utama terletak pada pondasi teologisnya yang rapuh dan cenderung syirik khafi (kemusyrikan tersembunyi). Dalam LoA, semesta diposisikan seolah sebagai "entitas cerdas" yang tunduk pada kehendak manusia. Manusia menjadi pusat semesta, bukan hamba.
Konsep ini bertentangan dengan tauhid uluhiyah, yang menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Zat yang mengatur, memberi, dan menguasai rezeki. Tidak ada daya tarik pikiran yang dapat mengubah takdir tanpa izin-Nya. Bahkan Rasulullah bersabda:
"Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu..." (HR. Tirmidzi)
Wahyu sebagai GPS Kehidupan
Al-Qur'an bukan hanya kitab ritual, tapi GPS kehidupan, termasuk dalam urusan mencari rezeki. Ia mengarahkan, menuntun, dan memberikan strategi yang bersifat wahyu-normatif, bukan sekadar psikologi-populer.
Dalam QS. At-Thalaq ayat 2-3, Allah memberikan dua kata kunci monumental:
* Taqwa: kesadaran mendalam akan kehadiran Allah dalam setiap aspek hidup.
* Tawakal: keyakinan hati yang total kepada Allah setelah melakukan usaha all out, ikhtiar maksimal.
Inilah kombinasi unik antara kerja keras (asbab duniawi) dan kebergantungan total pada asbab langit.