Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ayah, Bunda, Ajarkan Anak untuk Bahagia, Bukan untuk Kaya

23 Juli 2025   12:37 Diperbarui: 22 Juli 2025   20:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anak yang tumbuh dalam cinta, syukur, dan makna hidup tak hanya kuat menghadapi dunia, tapi juga tahu ke mana ia harus melangkah."

Ada seorang anak yang lucu yang bertanya dari bibir mungilnya pada ayahnya, "Ayah, apakah aku akan jadi orang kaya nanti?"

Pertanyaan polos itu spontan terlontar pada seorang ayah. Sang ayah, terdiam sebentar. Lalu, dengan penuh semangat dan cinta, sang ayah menjawab, "Iya, Nak. Asal kamu rajin belajar dan bekerja keras."

Namun, adakah dari kita yang menjawab, "Nak, yang paling penting adalah kamu jadi orang yang bahagia. Kaya itu bonus saja"?

Atau apakah sang ayah menjawab, “Yang penting kamu bahagia nak, karena kalau kamu bahagia, kamu akan kaya” ?

Kini, saatnya kita menata ulang prioritas mendidik anak. Mengapa? Karena dunia semakin keras, tekanan sosial makin tinggi, dan kesehatan mental generasi muda kita kian rapuh. Maka, kunci masa depan anak bukan sekadar kecerdasan akademik atau kekayaan, melainkan kebahagiaan yang dibangun sejak dini.

Kebahagiaan, Bukan Kekayaan, yang Menjamin Kesejahteraan Sejati

Penelitian panjang dari Lyubomirsky, King, dan Diener (2005) menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan hasil akhir dari kesuksesan, tetapi justru pemicunya. Anak yang tumbuh bahagia lebih kreatif, lebih mudah membangun relasi sosial, dan lebih tangguh menghadapi kegagalan.

Sebaliknya, mengejar kekayaan sebagai tujuan utama bisa melahirkan anak-anak yang cemas, mudah frustasi, dan kehilangan jati diri. Kekayaan bisa membeli kenyamanan, tapi tidak menjamin kedamaian batin.

Studi Harvard: Bahagia Itu Umur Panjang

Salah satu studi paling komprehensif sepanjang masa, Harvard Study of Adult Development yang dimulai sejak 1938, menyimpulkan bahwa hubungan sosial yang hangat dan rasa bahagia dalam hidup adalah faktor paling menentukan kualitas hidup dan usia panjang seseorang. Bukan kekayaan. Bukan status sosial. Bukan jabatan.

Sebagai orang tua, apakah kita membangun waktu-waktu berharga bersama anak untuk menumbuhkan koneksi emosional? Atau kita justru terlalu sibuk bekerja, demi memberi mereka 'masa depan'?

Kaya Tapi Kosong: Realita Generasi 'Lost Inside'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun