Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 3 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 3 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana dengan konsistensi kualitas yang mendapat sorotan headline dan highlight. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg | 📞 +62 813-2045-5598 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa yang Membuat Tim Ini Menemukan Solusi Hebat Lewat Simulasi Design Thinking

16 Juni 2025   00:25 Diperbarui: 16 Juni 2025   00:25 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi bermula dari cara kita bertanya, bukan dari seberapa cepat kita menjawab.|Foto: kummara.com

 

 "Solusi hebat lahir dari cara memandang masalah yang lebih dalam, bukan dari asumsi semata." ---Tim Brown, CEO IDEO

Mengapa Design Thinking Relevan untuk Lingkungan Kerja Saat Ini?

Tak berlebihan rasanya, di tengah tekanan dunia kerja yang terus berubah, perusahaan dituntut tidak hanya menyelesaikan masalah. Tetapi, juga menciptakan solusi yang inovatif, human-centered, dan berkelanjutan. Di sinilah Design Thinking menjadi pendekatan strategis yang tidak hanya memecahkan masalah, tetapi mendefinisikan ulang cara kita memahaminya.

Menurut Harvard Business Review (2020) dan McKinsey & Company (2022), organisasi yang menerapkan prinsip Design Thinking mengalami 1,5 kali lebih cepat dalam pengambilan keputusan. Tak hanya itu, 32% ada peningkatan signifikan pada kepuasan pelanggan. Hal yang menggembiraan, ternyata penggunaan design thinking itu 2x lipat efektivitas solusi imlementasnya.

Simulasi Design Thinking: Fokus pada Dua Tahap Awal

"Solusi berdampak lahir dari keberanian untuk memandang ulang masalah, bukan sekadar menyelesaikannya."

Dalam artikel ini, kita akan menyimulasikan dua tahap awal Design Thinking:
* Problem Framing -- Menyusun ulang cara kita memandang masalah
* Ideation -- Menciptakan berbagai ide solutif sebelum memilih solusi terbaik

Tahap 1: Problem Framing -- Mendefinisikan Masalah yang Sebenarnya

Apa Itu Problem Framing?
Problem Framing adalah proses menggali ulang akar persoalan dengan melihatnya dari berbagai sudut pandang, terutama dari sisi pengguna. Banyak kegagalan solusi berasal dari framing masalah yang salah: kita terlalu cepat menyimpulkan masalah tanpa benar-benar memahaminya.

Simulasi lapangan dalam konteks nyata di Pelayaran Pengiriman Batu Bara misalnya, ditemukan siituasi awalnya "Tim pengiriman sering mengalami keterlambatan.". Dari sini muncul assumsi umum: "Sopir atau kru tidak disiplin waktu."

Problem Framing dengan Design Thinking:
* Gunakan pendekatan Empathy Map wawancarai pengguna (tim operasional)
* Temukan pola: ternyata sistem jadwal tidak fleksibel terhadap cuaca dan antrian bongkar-muat
* Reframing: "Bagaimana kita bisa membantu tim pengiriman mengelola ketidakpastian waktu muat dengan lebih fleksibel dan akurat?"
* Hasil: Masalah bergeser dari asumsi personal ke sistem yang lebih kompleks.

Tahap 2: Ideation -- Membuka Pintu Solusi Tanpa Batas

Ideation adalah tahap menghasilkan sebanyak mungkin ide, dengan prinsip no judgment dan wild ideas welcome. Tujuannya adalah mengeksplorasi potensi solusi dari berbagai arah---bahkan ide yang tampak "aneh" bisa memicu terobosan.

Simulasi Ideation (lanjutan kasus di atas)

Dari problem reframing, muncullah ide-ide seperti:
+ Dashboard visualisasi cuaca dan antrian pelabuhan secara real-time
+ Aplikasi mobile untuk update status muat dan perubahan rute
+ Pelatihan kru dalam manajemen waktu fleksibel dan adaptif

Metode yang digunakan bisa metode mana seja. Namun, penulis sarankan menggunakan 3 metode yang paling dikenal lebih mudah untuk dieksekusi :
* Brainwriting 6-3-5. Kumpulkan 6 orang orang terpilih (think tank) untuk membuat 3 ide dalam 5 menit.
* Crazy 8s. Buat 8 ide dalam 8 menit, lalu visualkan.
* SCAMPER: Substitusi, Combine, Adapt, Modify, Put to another use, Eliminate, Reverse.

Dalam sebuah kasus cara ini bisa menghasilkan lebih dari 40 ide terkumpul, 7 di antaranya dikembangkan sebagai prototype.

Apa Kata Riset?

* Brown & Wyatt (Stanford d.school, 2019): Problem framing lebih penting daripada solusi cepat. 80% masalah implementasi berasal dari definisi masalah yang keliru.
* IDEO & IBM Research (2021): Tim yang menggunakan Design Thinking 2x lebih mungkin menghasilkan solusi yang diterima pengguna akhir.
* World Economic Forum (2023): Design Thinking masuk 5 besar future skills yang dibutuhkan dalam era transformasi digital dan AI.

Tips untuk Manajer dan Leader: Menerapkan Design Thinking di Lingkungan Kerja

* Libatkan tim lintas fungsi terkait saat framing masalah. Ini penting, agar kedepan bila ada apa-apa sudah jadi keputusan bersama, dan tidak saling menyalahkan satu sama lain.
* Jangan buru-buru menyimpulkan sebelum mendengar suara pengguna. Gali lebih dalam, dan dapatkan informasi yang autentik dan benar.
* Gunakan metode visual dan tools kolaboratif (Miro, Jamboard, Kertas post-it). Ini penting, karena bahasa visual itu jauh lebih cepat dicerna dan difahami.
* Hargai semua ide, bahkan yang tampak gila. Semakin gila, itu semakn bagus.Ya, kumpulkan saja ide-ide gila sebanyak mungkin, agar kita bisa lebih termotivasi untuk mewujudkannya. Namun, kadang dari ide-ide gila itu, muncul dan terpicu ide lain yang lebih orisinal, segar dan bernilai.
* Ciptakan budaya aman untuk berpendapat, tanpa takut salah. Bila ada ide nyeleneh, asing, tak terpikirkan, tampung saja dulu. Jangan ditertawakan atau diledek. Biarkan itu jadi penambah warna pada dinamika diskusi di tim design thinking.

Akhirnya, Solusi Besar Berasal dari Pertanyaan yang Lebih Baik

Dalam dunia yang kompleks, kita tidak hanya butuh orang yang bisa memberi jawaban, tapi juga mereka yang bisa mengajukan pertanyaan yang lebih tajam dan manusiawi. Design Thinking bukan hanya metode, tapi cara berpikir. Ia mengembalikan proses pemecahan masalah pada hakikatnya: manusia.

 "Fall in love with the problem, not the solution."
---Ash Maurya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun