Dengan bermodalkan koneksi internet, akun medsos, peminat cukup membantu menjualkan produk orang lain saja. Tak perlu stock barang. Hanya saja tantangannya, marginnya kecil, dan harus kreatif membuat konten sendiri.
2. Menjadi Reseller Brand Terkenal
Di tahap ini, Anda menjual produk dari brand yang sudah dikenal dan mapan. Konten promosi biasanya sudah disediakan oleh pemilik brand. Keuntungannya lebih stabil, namun margin yang didapatkan relatif kecil karena sistemnya sudah baku. Plus juga harus siap berjibaku dalam persaingan harga.
3. Rebranding / White Label
Anda mulai mengembangkan diferensiasi produk sendiri dengan cara melakukan repackaging dan repositioning produk yang ada. Fokus utama di tahap ini adalah pada penentuan niche pasar dan bagaimana membangun brand dari produk yang di-rebrand.
Anda membeli produk "kosongan" (tanpa merek), lalu memberi nama brand sendiri. Orang biasa menyebutnya sebagai maklon (maakloon). Tantangannya adalah kita butuh pemahaman pasar dan direrensiasi. Agar naik daun maka packaging dan positioning haruslah.
4. Kolaborasi dengan Pemilik Produk
Tanpa perlu modal, kita bisa bekerja sama langsung dengan pemilik produk untuk menjual barang mereka dengan sistem bagi hasil, dan menjadi marketer utamanya. Kunci keberhasilannya ada pada kemampuan marketing kita. Skema ini cocok bagi mereka yang ahli menjual tapi belum punya produk sendiri.
Tantangannya, kita perlu kemampuan bernegosiasi & promosi.
5. Solopreneur Digital / Profesional
Di tahap ini, kita bisa membangun dan menjual jasa digital berbasis keahlian (skill-based service). Bisa sebagai freelancer, desainer, digital marketer, copywriter, konsultan, atau tenaga profesional lainnya. Kemandirian dan personal branding sangat dibutuhkan di level ini.