Mohon tunggu...
Agung Dani Ramdani
Agung Dani Ramdani Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah

Fokus saya adalah membangun budaya sekolah sebagai organisasi pembelajar, mengembangkan pendidikan inklusif, serta memberdayakan guru dan siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi, program vokasional, dan kolaborasi berkelanjutan. Saya percaya bahwa setiap anak dapat tumbuh optimal dalam ekosistem pendidikan yang humanis dan transformatif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecil Tapi Pasti : Langkah Anak Tunagrahita Menuju Masa Depan Lewat Keterampilan

7 Juni 2025   06:11 Diperbarui: 15 Juni 2025   07:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Anak Special sedang belajar Anyaman (Sumber: Generated by Grok 3, xAI)

"Kecil Tapi Pasti: Langkah Anak Tunagrahita Ringan Menuju Masa Depan Lewat Keterampilan"

 oleh : Agung Dani

Pembelajaran keterampilan menawarkan dampak positif yang signifikan bagi anak berkebutuhan khusus tunagrahita ringan, membuka pintu menuju kemandirian, peningkatan kualitas hidup, serta pengintegrasian yang lebih baik dalam masyarakat. Fokus pada pengembangan keterampilan esensif, baik personal maupun vokasional, terbukti mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu dengan kondisi ini.

Tunagrahita, atau yang juga dikenal dengan sebutan retardasi mental, didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami fungsi intelektual di bawah rata-rata secara signifikan yang disertai dengan keterbatasan dalam perilaku adaptif. Keterbatasan ini memanifestasikan diri dalam berbagai area keterampilan adaptif, seperti komunikasi, perawatan diri, keterampilan sosial, penggunaan sumber daya masyarakat, penentuan nasib sendiri, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, serta kemampuan mempertahankan kesehatan dan keamanan. Klasifikasi tunagrahita dibagi menjadi beberapa tingkatan: tunagrahita ringan (IQ 50-70), tunagrahita sedang (IQ 35-49), tunagrahita berat (IQ 20-34), dan tunagrahita sangat berat (IQ di bawah 20). Anak tunagrahita ringan mampu belajar keterampilan akademik fungsional hingga tingkat kelas 6, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat dilatih dalam keterampilan merawat diri dan keterampilan vokasional dasar.

Kemandirian dan Kemampuan Adaptif: Pilar Utama Pembelajaran Keterampilan

Integrasi keterampilan dalam kurikulum pendidikan anak tunagrahita, khususnya tunagrahita ringan, menjadi krusial untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan adaptif mereka. Keterampilan vokasional, seperti budidaya hortikultura, menunjukkan dampak positif yang signifikan. Sebuah penelitian tentang kekuatan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran keterampilan budidaya hortikultura mengungkapkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Keterlibatan dalam kegiatan praktis seperti ini tidak hanya mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar, tetapi juga melatih kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain keterampilan vokasional, pengembangan keterampilan sosial juga menjadi aspek penting. Keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan mencakup kemampuan interaksi dengan teman sebaya, ekspresi emosi yang tepat, serta adaptasi terhadap lingkungan sosial. Pelatihan keterampilan sosial melalui berbagai aktivitas, seperti permainan kelompok atau simulasi situasi sosial, membantu mereka dalam berinteraksi secara efektif dan mengurangi kecemasan dalam situasi sosial. Dengan kemampuan sosial yang baik, anak tunagrahita ringan dapat menjalin hubungan persahabatan, bekerja sama dalam kelompok, dan berpartisipasi lebih aktif dalam aktivitas komunitas.

Peningkatan Kualitas Hidup Melalui Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan fungsional sangat dianjurkan untuk anak tunagrahita. Ini berarti materi pembelajaran harus relevan dengan kebutuhan dan pengalaman hidup mereka sehari-hari. Misalnya, dalam mengajarkan keterampilan memasak, pembelajaran dapat dilakukan di dapur nyata dengan menggunakan peralatan dapur sederhana, bukan hanya melalui teori di kelas. Pembelajaran keterampilan motorik kasar juga dapat dioptimalkan melalui media audio visual, seperti video tutorial, yang dapat membantu anak tunagrahita ringan dalam memahami dan menirukan gerakan yang diajarkan.

Pentingnya pemberian pembelajaran yang didesain secara individual (program individual) sesuai kebutuhan peserta didik ABK juga disebutkan sebagai salah satu prinsip layanan pendidikan khusus. Ini memastikan bahwa setiap anak tunagrahita ringan menerima dukungan yang disesuaikan dengan profil kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga pembelajaran keterampilan dapat lebih efektif.

Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Inovatif

Penggunaan media pembelajaran yang inovatif, seperti media gambar, terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak tunagrahita sedang. Meskipun penelitian ini berfokus pada tunagrahita sedang, prinsip serupa dapat diterapkan pada tunagrahita ringan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan ekspresi mereka. Media visual yang menarik dapat membantu mereka memahami konsep dan memperluas kosakata, yang pada gilirannya akan mendukung pengembangan keterampilan berbicara dan berkomunikasi secara keseluruhan.

Selain itu, media audio visual juga berperan penting dalam pembelajaran keterampilan motorik kasar pada anak tunagrahita ringan. Visualisasi gerakan dan instruksi audio yang jelas memungkinkan anak untuk mengikuti langkah-langkah dengan lebih mudah, membantu mereka dalam menguasai keterampilan fisik yang esensial untuk kemandirian sehari-hari.

Tantangan dan Strategi Penanganan

Meskipun banyak dampak positif, pembelajaran keterampilan pada anak tunagrahita ringan juga menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesulitan dalam memahami instruksi kompleks dan membutuhkan pengulangan yang intensif [1]. Respons belajar yang lambat juga menjadi karakteristik yang perlu diperhatikan, terutama pada anak tunagrahita ringan usia dini. Oleh karena itu, kesabaran, konsistensi, dan strategi instruksional yang tepat sangat diperlukan.

Strategi yang efektif mencakup:

  • Pendekatan Individual: Merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing anak.
  • Metode Multisensori: Menggunakan berbagai indera (penglihatan, pendengaran, sentuhan) dalam proses belajar untuk memfasilitasi pemahaman dan retensi informasi.
  • Pengulangan dan Praktik Berulang: Memberikan kesempatan yang cukup untuk mengulang dan mempraktikkan keterampilan yang diajarkan hingga anak menguasainya.
  • Penguatan Positif: Memberikan pujian, insentif, dan pengakuan atas setiap kemajuan, sekecil apapun, untuk memotivasi anak.
  • Pembelajaran Kontekstual dan Fungsional: Mengintegrasikan keterampilan dalam situasi kehidupan nyata yang relevan bagi anak. Misalnya, mengajari keterampilan berbelanja di supermarket atau keterampilan merawat diri di kamar mandi.
  • Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah: Keterlibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran keterampilan di rumah sangat penting untuk memastikan konsistensi dan aplikasi keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

Masa Depan Inklusif Melalui Pengembangan Keterampilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun