Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemiskinan Permanen

14 Mei 2024   14:43 Diperbarui: 14 Mei 2024   15:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemiskinan Permanen

Kemiskinan permanen si miskin menjerit,
Apakah ini tanda-tanda akhir zaman?
Perang di mana-mana, merenggut kedamaian,
Dunia bergejolak dalam pelukan nestapa.

Jeritan perih menggema di sudut kota,
Tangis anak kecil yang kehilangan mimpi,
Di setiap sudut, lapar mengintai,
Kemakmuran menjauh, entah kapan kembali.

Apakah ini takdir yang tak bisa diubah?
Roda nasib yang terhenti di titik kelam?
Haruskah asa pudar di bawah bayang-bayang,
Saat perang berkecamuk, merusak harapan?

Dalam setiap ledakan, dalam setiap tembakan,
Tumbuh ketakutan di dalam dada,
Namun di balik duka, tersimpan harapan,
Bahwa masih ada sinar di balik awan kelam.

Kita berharap pada pagi yang baru,
Dimana perang mereda, kedamaian kembali,
Dimana si miskin tak lagi menjerit,
Dan kemakmuran mengalir bagi setiap insan.

Semoga ini bukan akhir dari segalanya,
Melainkan awal dari perubahan yang nyata,
Dimana keadilan merangkul semua,
Dan dunia kembali damai, tanpa nestapa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun