Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pena yang Abadi

28 April 2024   21:37 Diperbarui: 28 April 2024   21:45 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pas 1000 harinya kau dipanggilNya penyairku,
Dalam pokok anggur yang sama, kau ranting yang berbuah lebat.
Dalam segala karya puisi mulai yang indah,
Pergi selamanya, tinggallah pena kata yang membekas.

Dalam tercantum wangi bak bunga dan doa,
Pena yang abadi menorehkan jejak keindahan.
Meski penyair berpulang, karyanya tetap hidup,
Sebagai warisan abadi, menginspirasi hati yang haus akan keindahan.

Ranting yang berbuah lebat, dalam pokok anggur yang sama,
Menghasilkan karya-karya yang memikat dan mendalam.
Pena kata yang membekas, memancarkan kehidupan,
Seolah-olah melahirkan bunga-bunga kata yang harum dan berwarna.

Meskipun penyair telah berpulang, karyanya tak pernah padam,
Terus mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.
Dan dalam segala puisi yang indah, kita merasakan kehadiran-Nya,
Sebagai penyemangat dan pencerah dalam perjalanan kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun