Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cahaya Nazareth: Salam untuk Maria

9 April 2024   14:56 Diperbarui: 9 April 2024   15:00 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Salam untuk Maria

Ketika masuk ke rumah Maria,
Malaikat itu membawa pesan suci.
"Dikaruniai, Tuhan menyertai engkau,"
Salam yang membawa berkah dan rahmat.

Maria terkejut dan bingung,
Apakah arti dari salam yang diucapkan.
Dalam hatinya bertanya-tanya,
Mencari jawaban atas pertanyaan yang mengusik.

Namun, dalam ketakutannya,
Dia mendengar panggilan Tuhan dengan jelas.
"Maria, jangan takut, engkau dipilih,"
Rahmat-Nya menyertai dalam setiap langkah.

Dengan penuh keyakinan dan ketundukan,
Maria menjawab panggilan-Nya dengan sungguh.
"Ya, hendaklah padaku menurut firman-Mu,"
Menerima tugas dengan hati yang tulus.

Salam yang pertama kali diucapkan,
Menjadi awal dari sejarah penyelamatan.
Maria, perempuan yang dipilih Allah,
Menjadi ibu dari Anak-Nya yang terkasih.

Cahaya di Nazareth: Salam untuk Maria

sinar redup menerangi rumah sederhana,
Maria hening, dalam doa yang khusyuk bertaut mesra.
Tiba-tiba cahaya benderang menerpa,
malaikat bersayap putih, tegak di hadapannya.

"Salam, hai engkau yang dikaruniai," ucapnya lembut nan hening,
"Tuhan menyertai engkau," kata yang menusuk dalam benakening.

Maria terkesiap, bingung dan hening,
apakah arti salam yang tak pernah ia dengar, tak pernah ia mengerti.
Di dalam hatinya bergelayut seribu tanya,
mengapa ia yang terpilih, mengapa ia yang disapa?

Malaikat itu tersenyum teduh, melihat gurat kebingungan yang terlukis,
"Jangan takut, Maria," lanjutnya dengan suara yang magis,
"Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah, Yang Mahakuasa dan kekal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun