Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanah Liat: Simfoni Kehidupan

23 Maret 2024   15:31 Diperbarui: 23 Maret 2024   15:32 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanah Liat: Simfoni Kehidupan

Di tangan sang pencipta, gumpalan tanah liat tergeletak,
Lembut dan polos, penuh potensi yang tersembunyi.
Jari-jari terampil menari dengan penuh cinta,
Membentuknya menjadi karya seni yang memukau.

Dari tanah liat yang sederhana, lahirlah berbagai rupa,
Gelas, piring, vas bunga, dan patung yang bercerita.
Setiap lekukan dan guratan memiliki makna,
Mencerminkan jiwa sang pencipta dan keunikannya.

Seperti tanah liat, hidup pun penuh dengan kemungkinan,
Dapat dibentuk dan diubah sesuai keinginan.
Tantangan dan rintangan bagaikan api pembakaran,
Memperkuat dan menempa kita menjadi pribadi yang tangguh.

Kadang kala, hidup terasa rapuh dan mudah pecah,
Seperti tanah liat yang jatuh dan retak.
Namun, di tangan yang tepat, pecahan itu dapat diperbaiki,
Diubah menjadi karya yang lebih indah dan berarti.

Tanah liat mengajarkan kita tentang kesabaran dan ketekunan,
Tentang keindahan yang tercipta dari proses yang panjang.
Marilah kita jalani hidup dengan penuh makna,
Membentuk diri menjadi pribadi yang terbaik dan berguna.

Tanah liat bukan hanya sekedar benda mati,
Tetapi filosofi kehidupan yang penuh makna.
Marilah kita belajar dari tanah liat,
Dan terus berkarya untuk menciptakan dunia yang lebih indah.

Di dalam kehidupan ini, kita seperti tanah liat,
Dapat dibentuk dan diubah oleh tangan yang bijaksana.
Setiap tantangan, setiap rintangan,
Bagai api pembakaran yang memperkuat kita.

Simfoni kehidupan, dimainkan di atas tapak tanah liat,
Setiap gerakan, setiap bentukan, memiliki makna tersendiri.
Kita belajar dari setiap goresan dan lekukan,
Menggali potensi dalam diri, mengembangkan diri menjadi lebih baik.

Terkadang kita terasa rapuh, seperti tanah liat yang baru digali,
Namun dalam kelemahan itu, terkandung kekuatan yang besar.
Seperti tanah liat yang terbakar oleh api,
Kita pun menjadi lebih kuat, lebih tahan banting, lebih kokoh.

Filosofi tanah liat mengajarkan kita untuk tetap lentur,
Menerima perubahan, merangkul setiap pengalaman.
Dalam setiap bentukan, dalam setiap goresan,
Kita menemukan keindahan dan kedalaman hidup yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun