Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berselimut Kabut

18 Juni 2021   06:32 Diperbarui: 18 Juni 2021   06:39 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat pendeknya jarak pandang ku melihatmu..
Kembali ku berpikir kapan kabut ini akan pergi..
Dalam dingin ku butuh kehangatanmu..
Dalam keterbatasanku kubutuh cahayamu..
Kapan muncul adi hadapanku lagi..
Pagi ini kau berusaha merekahkan sinarmu
Tapi ku masih berharap agar seberkas cahayamu mengusir angin dingin
Selimut kabut yang membungkus jaket tebalku
Di ikat erat bayu dingin..
Melilit menggigil.. Dalam pelukan pertiwi..
Tapi aku masih berharap pada semangat api..
Bocah kecil bergelut dengan pagi..
Tak peduli angin dingin membelenggu kemalasannya..
Seakan memberiku api tuk bangkit kembali..
Melepaskan belengguku
Terimakasih kau bisa tersenyum pagi ini..
Setelah ku menunggumu..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun