Suatu saat si anak --Â saat itu SMA-- berujar, "sing penting ayah mau kerja, sebenarnya sudah cukup. Berapapun gajinya tidak masalah". Sekilas saya mendengar ucapan itu, bisa merasakan kekecewaan yang sangat.
-----
"Apapun pekerjaannya, berapapun gajinya, intinya laki-laki nggak boleh nganggur"
"Uang tidak dibawa mati, tetapi pria tanpa uang bisa jadi tidak dihormati"
"Saat ini kamu Lelah, tapi tidak menyerah itu saja sudah hebat"
(postingan akun @a**skaki**)
Judul artikel ini, terinspirasi dari postingan sebuah akun motivasi di instagram. Kali pertama membaca, saya dibuat terpesona karena kalimatnya sangar mengena. Qowammah saya tergugah, semakin semangat memanggul amanah menjadi kepala keluarga.
Postingan tersebut menegaskan fitrah laki- laki, yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Karena kalau diabaikan, dampaknya Sangat fatal untuk jangka panjang.
Seperti karakter Adi di serial komedi televisi, lelaki yang tak bekerja-- kecuali ada udzur--Â tidak berhak atas penghormatan. Karena dirinya tidak bisa diandalkan, menyelesaikan setiap kesah anggota keluarga.
Istri yang minta uang belanja, anak musti dibayarkan sekolah kemana lagi kalau tidak ke ayahnya. Membayar iuran listrik, membeli paket kuota, membetulkan genteng terocoh, memenuhi kebutuhan anak. Adalah serentetan kewajiban, yang harus dipenuhi kepala keluarga.
Kalau ayah tidak bekerja, maka proses penjemputan nafkah itu tiada. Kalau ayah tidak bekerja, maka alasan mendatangkan uang menjadi nihil.
Bekerja tidak harus ngantor, datang jam Sembilan pulang jam lima sore. Tidak harus memakai baju rapi berdasi, duduk di kursi empuk di belakang meja. Apapun yang ayah lakukan mendapatkan imbalan, esensinya adalah pekerjaan.
Mau ayah jualan online, membuat gorengan kemudian dijajakan, menjadi petugas keamanan di perumahan. Atau apapun pekerjaannya selama halal, ayah berhak untuk dihormati. Pantas dijadikan ayah sejati, dibanggakan oleh anak dan istri.
Karena berapapun gajinya apapun pekerjaannya suami jangan menganggur. Semoga bermanfaat.