Kompasianer, mungkin ingat serial komedi "Tetangga Masa Gitu". Sebuah serial ditayangkan televisi swasta, mengisahkan dua keluarga muda yang bertetangga.
Sebagai sebuah tontonan, akting pemainnya jempolan berhasil menghidupkan karakter. Setiap karakter saling mengisi, membuat ceritanya menarik untuk diikuti.
Satu karakter utama bernama Adi, kerap membuat saya jengkel dan gemas. Adi digambarkan sebagai lelaki lemah, sangat mengandalkan istrinya (Angel) di segala hal. Adi sukarela mengurus rumah, sementara angel bekerja di kantor pengacara.
Banyak scene membuat geram, karena Adi tidak bisa mengambil Keputusan. Misalnya saat membayar listrik, iuran lingkungan, membayar tagihan sampah bulanan. Semua dibebankan ke istrinya- Angel, bahkan Adi tak malu minta uang jajan harian.
Angel dengan kesal, terpaksa memberi uang meski sembari mengomel. Tampak tiada rasa hormat, Angel ke Adi suaminya atas kebiasaanya bergantung.
Membuat karakter adi di mata saya, bukanlah sosok pria dewasa yang patut diikuti. Karakter Adi adalah contoh, lelaki tak punya harga diri tetapi menikmati keadaan itu.
Berapapun Gaji Apapun Pekerjaannya Suami Jangan Menganggur
Jujur, saya pernah mendapati karakter Adi di kehidupan sehari-hari. Suami yang dulunya bekerja, kemudian terkena PHK karena kurang perform. Setelahnya lelaki ini malas- malasan, tak mau berusaha mencari pekerjaan.
Dengan aneka alasan, ujung- ujung berantem dengan istri. Lama- lama istri capek berdebat, memutuskan banting tulang sendirian. Jualan ini dan itu, menawarkan jasa urus surat- surat penting ke warga sekitar tempat tinggal.
Anak- anaknya yang beranjak besar, melihat keadaan sehari- hari di depan mata. Punya ayah tak berpenghasilan, makan dari hasil istri bekerja. Tak pelak anak-anak sayang ibunya, sedang ke ayahnya bersikap cenderung cuek.