Saat melintasi jalan raya di daerah Tangerang Selatan, sebuah truk dengan kecepatan sedang mendahului roda dua saya. Sehingga posisi saya di belakang truk, bisa membaca tulisan di bak bagian belakang. Yaitu "Harga Diri Lelaki Adalah Bekerja", yang kemudian saya amini.
Soal lelaki yang bekerja untuk menafkahi keluarga, sudah menjadi kewajiban yang tak perlu dibantah. Sunatullah telah mengaturnya, demi kebaikan manusia itu sendiri. Pengabaian atas tugas itu, justru membuat lelaki kehilangan harga diri.
Lelaki dianugerahi kekuatan fisik lebih dari perempuan, demi menjalankan tugas dan perannya. Memeras keringat membanting tulang, demi menafkahi istri dan anak-anaknya. Â Lelaki diamanahi peran yang luar biasa, yaitu menjadi kepala keluarga.
Kepala letaknya di tubuh bagian atas, maka lelaki menjadi qowwam/ pemimpin keluarga. Tugas yang tak bisa diganggu gugat, jadi musti diperjuangkan sekuat tenaga. Untuk penghormatan yang tidak main-main, lelaki harus menjaga amanah sebaik-baiknya.
Malu kalau hanya berpangku tangan, menelantarkan istri dan anak-anak. Sikap yang tak terpuji ini, akan merugikan di kemudian hari. Kelak akan diingat anak istri, kalau kepala keluarga tak segera berbenah diri.
Sesungguhnya, yang membuat istri bahagia sederhana. Bukan sekadar besaran gaji, bukan jenis pekerjaan dilakoni suami. Tetapi kesungguhan suami berusaha, cukuplah menunjukkan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Karena dengan tetap bekerja, sejatinya lelaki sedang menjaga qowwamah-nya (jiwa kepemimpinan). Dan lelaki seperti ini, pantas dihormati disayangi anak istri. Soal besaran perolehan, tiada yang tahu di hari depan.
Asalkan lelaki giat berkerja, tekun dan telaten menjalaninya. Bekerja jujur penuh dedikasi, niscaya semesta mempunyai perhitungan sendiri. Kalau dipikir mendalam, tiada yang sia-sia setiap kejadian di muka bumi ini.
Intinya adalah, berapapun gaji apapun pekerjaannya suami jangan menganggur.
--- --- ----