Kalau berada satu ruangan dengan saya, mendadak beranjak pindah ke tempat lain.
Saya keget dengan perubahan tersebut, kemudian mencari tau sebabnya kepada si ibu.
Rupanya anak SMA ini tidak suka, dengan cara saya menegur dan atau menyikapi cara belajarnya. Karena dia punya cara sendiri dan berhak memutuskan itu.
Si ibu sebagai penengah berusaha menetralisir, meyakinkan bahwa tujuan si ayah demi kebaikan. Dan semua yang dilakukan ayah, sebagai bentuk rasa sayang pada si sulung.
Menyoal rasa sayang si ayah, anak lanang ini (sama sekali) tidak meyangkal. Tetapi soal aturan yang dirasa kaku, membuatnya benar-benar tidak nyaman dan memberontak.
Mendapati cerita demikian dari ibunya, saya seperti ditampar dan seketika itu introspeksi diri.
Perasaan ini diliputi penyesalan, tidak ingin keadaan yang sama berlarut-larut.
Saya disadarkan akan satu hal, bahwa sebagai orangtua dituntut musti belajar lagi dan lagi.
Tidak lekas berpuas diri dan jangan merasa paling benar, belajar menghormati pendapat anak dan tidak meremehkan.
Bahwa si sulung, sudah besar bahkan menjelang dewasa.