Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Di Usia Sekarang Ini, Hasrat Mengoleksi Barang Tak Semenggebu Dulu

5 Mei 2021   23:10 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:17 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di usia pertengahan empat puluh tahun menuju setengah abad, jujur saya bingung kalau ditanya koleksi (barang) digemari. Sejak menapaki paruh baya, keinginan saya untuk membeli, menyimpan, mengumpulkan barang tak semenggebu dulu.

"Buat apa numpuk-numpuk barang" bisik benak ini.

Entahlah, setelah menjadi suami dan ayah, prioritas saya rupanya bergeser. Kalaupun sedang ada uang, lebihbaik buat beli keperluan anak istri (kecuali saya tajir melintir, mungkin beda sikap kali yak---hehehe)

Etapi, bukan berarti saya menentang hobi atau kegemaran orang mengoleksi ya. Masalah hobi sifatnya sangat personal, saya tidak bisa mencampuri  atau mengusik ranah tersebut.

Kalaupun sikap saya mungkin berbeda,  mungkin bisa benar dan sangat mungkin bisa salah. Atau bisa jadi masa saya menyenangi barang, kemudian membeli lagi dan lagi, terus menyimpannya sebagai koleksi sudah lewat.

Saya sudah menghibahkan, sebagian besar barang-barang sempat saya sayangi.  Dari pada numpuk dan menuhin ruangan, dari pada sekedar menjadi pajangan ujung-ujungnya berdebu.


Sekali lagi mohon maap ya Kompasianer, untuk sikap saya yang ndeso dan lugu ini---hehehe. 

----- 

Sebenarnya saya dulu pernah, punya hobi mengoleksi beberapa barang. Tapi berganti-ganti seiring bertambahnya usia, dan sekarang akhirnya saya kehilangan hobi mengoleksi barang.

Ketika masih usia sekira SMP SMA, saya suka membeli kaos oblong. Kalau dikasih uang dari orang tua atau saudara, saya simpan dan dikumpulkan untuk membeli kaos. Di lemari sampai menumpuk tinggi, aneka kaos dengan warna dan corak yang berbeda. 

Saya masih ingat, kali pertama merantau dan sebagian besar kaos saya bawa. Saya sampai membutuhkan dua koper pakaian ukuran (lumayan) besar untuk menampungnya. Badan cukring saya kala itu, kewalahan mengangkat tas menuju kost-an.

Kemudian setelah bekerja pikiran saya berubah, merasa kebanyakan kaos tak ada untungnya. Toh yang dipakai cuma satu, dan lama-lama nyumpek-nyumpekin lemari. Kaos mulai saya hibahkan sebagian, terutama ke kakak atau saudara yang badannya lebih kecil dari saya, atau ke tetangga di kampung.

Selanjutnya saya mulai gemar mengoleksi kaset, maklum era 80/90-an belum familiar dengan VCD atau DVD. Saya merasa bahwa lagu, bisa menjadi makanan kalbu terutama pada beberapa penyanyi kegemaran.

Kebanyakan kaset yang saya beli, adalah lagu-lagunya Ebiet G Ade, Iwan Fals, beberapa ada Franky Sahilatua, Sudjiwo Tedjo. Sisanya saya membeli lagu dari penyanyi lain, misalnya Fariz RM, Neno Warisman, Harvey Malaiholo dan penyanyi era 80-an lainnya.

Saya juga suka membeli kaset kosong, dipakai untuk merekam acara pengajian di Padang bulan di Jombang (tempat Cak Nun) .  Saya mengoleksi berpuluh puluh rekaman, baik saat pengajian atau konser bareng Kiai Kanjeng.

dokpri
dokpri
Ketika kaset mulai usang dan keberadaanya digantikan VCD, saya mulai rajin membeli buku. Kebanyakan buku saya beli bergenre sastra dan agama, selebihnya novel kemudian buku dengan genre lainnya.

Kalau datang ke acara pameran buku, saya juga kerap mendapat hadiah buku. Saat acara launching dan ada sesi tanya jawab, saya tak segan tunjuk tangan. Maka lama-kelamaan buku menumpuk, dan bercampur jenis serta macamnya.

Saya masih ingat saat pindah dari Surabaya ke Jakarta, baju, kaset, buku dan barang lainnya saya berangkatkan dulu melalui jasa logistik. Itupun masih ada beberapa kardus buku ditinggal, saya titip di rumah kakak ( di kemudian hari banyak yang hilang karena dipinjamkan orang)

Saya berangkat ke ibukota, naik kereta dan membawa barang seperlunya.

Di usia Sekarang Ini Hasrat Mengoleksi Barang Tak Semenggebu Dulu

Seiring bertambah usia,  hasrat untuk mengoleksi barang perlahan berkurang drastis. Sangat mungkin pengaruh dari pergaulan, atau dari membaca dan atau mendengar kajian serta informasi yang menggugah rasa.

Saya tersentuh ketika menyimak kisah manusia pilihan, mereka berpulang dalam kondisi harta sedikit. Kekayaan dimiliki semasa hidup, sebagian besar disedekahkan untuk orang lain.

Bahkan Baginda Nabi memilih zuhud (tidak cinta dunia), ketika ditawari Allah akan menjadikan gunung sebagai emas, jika itu diminta hamba terkasih ini. Tetapi Rasul geming, memilih sehari lapar sehari kenyanh agar bisa terus mengingat Alloh SWT.

Saat lapar Beliau bermunajat (untuk memelihara kedekatan), dan ketika kenyang melakukan sujud syukur. Dan beberapa kisah sahabat, juga menyadarkan saya menyoal manfaat dan mudhorot berkelebihan barang.

Sebagian besar kaos koleksi saya, telah dihibahkan ke orang terdekat dan sebagian orang yang membutuhkan. Saya menyisihkan baji seperlunya, sekira bisa dipakai berkegiatan dan tetap berpenampilan dengan baik.

Kemudian buku juga diperlakukan sama, nyaris tiga kardus lumayan besar saya hibahkan ke Taman Baca. Saya menyisakan (mungkin) sepertiganya, karena memang buku yang ingin dibaca ulang. Sedangkan kaset banyak yang hilang, sebagian dipinjam tanpa dikembalikan, sebagian lainnya tak ada di tempatnya.

Tetapi di atas pilihan sikap tersebut, saya sangat menghargai dan menghormati. Sekiranya, teman, sahabat, kerabat, saudara, Kompasianer punya hobi mengoleksi barang. Namanya manusia punya kesenangan sangat wajar, jadi tidak perlu merasa ini dan itu setelah membaca tulisan ini.

Entahlah, di usia sekarang ini, hasrat mengoleksi barang tak semenggebu dulu.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun