Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menggembleng Kesabaran dengan Mengurus "Bocah" Tua

5 September 2020   04:20 Diperbarui: 6 September 2020   18:15 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Ada lagi kakek yang semasa muda sukses, kerap menyepelekan *terutama menantu lelaki. Hingga suatu hari roda berputar, mantu yang kerap direndahkan meraih keberhasilan.

Si Kakek terlanjur gengsi dan si mantu kadung sakit hati, apa mau dikata. Si Kakek sampai juga di panti, sampai sekarang di kakek tetap merasa orang paling sukses.

Ada yang "dibuang" anaknya sendiri!

Suatu malam ada anak muda mengantar orang sepuh, kepada pengurus menyampaikan, bahwa orangtua tersebut luntang-lantung di pinggir jalan. Kemudian setelah hari berselang terkuak fakta, bahwa si pengantar ternyata anaknya sendiri.

Setelah sekian bulan, anak yang mengantar malam-malam kembali ke panti. Mengakui bahwa yang diantar adalah orangtuanya, berniat minta maaf. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, orangtua dicari sudah meninggal dan ditunjukkan kuburannya.

"Sampai sekarang juga belum ke kuburan" ujar pengurus Panti geram.

Banyak kisah lain saya simak dari pengurus dan cara menghadapi setiap kakek hanya satu penawarnya, yaitu kesabaran. Ya, kesabaran yang berbatas cakrawala. 

Maka kepada kedua pengurus, saya tak segan menyatakan kekaguman. Maka kalau ada istilah, "Sabar ada batasnya". Monggo, Kompasianer bisa belajar ke pengurus Panti Jompo

Bahwa mereka adalah orang-orang super sabar dan telah membaktikan hidupnya untuk sesama (baca kaum rentan).

dokpri
dokpri
Sebagai pribadi dan sebagai ayah, saya memetik satu pelajaran penting. Mentang-mentang (sekarang) jadi orangtua, sebaiknya jangan terlalu semena-mena terhadap anak. Suatu saat, akan tiba waktu kita menjadi renta dan tak berdaya. Dan kasih sayang anak, yang diharapkan meraup kerentaan itu.

Saya merasa, bahwa kunjungan saya belum selesai hanya sampai di sini. Saya masih ingin kembali, tentunya tidak sekedar datang ngobrol dan pamit (seperti hari ini).

Mohon doa Kompasianer, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun