Ketika langit masih gelap, bangun sebentar menunaikan kewajiban lima waktu, setelahnya bermalas-malasan atau tidur lagi. Jadwal makan pagi bergeser, bahkan mendekati jam makan siang.
Semua pekerjaan saya, direscedule ada yang dibatalkan, karena pemberi pekerjaan tidak mau menanggung resiko fatal.
Ya, semua pihak diajak untuk menghindari kerumunan, menjaga jarak satu dengan yang lain dan melakukan aktivitas di (atau dari) rumah.
Saya yakin, perubahan ini sangat tidak mudah. kita yang sudah menjalani kebiasaan bertahun-tahun, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan tak disangka.
Sementara kabar di luar, (sampai tulisan ini saya buat) Â tercatat 309 pasien positif corona, 25 dinyatakan meninggal dunia dan 15 pasien sembuh.
Kewaspadaan musti semakin ditingkatkan, dan kita jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil resiko dengan keluar rumah.
Bekerja dan/ atau Belajar di Rumah Tak Semudah Dibayangkan
Sudah tahunan saya menjadi pekerja lepas, terbiasa mengerjakan pekerjaan dari rumah. Biasanya sebelum subuh sudah bangun, dan beberapa tugas (artikel) saya kerjakan dari laptop.
Kemudian ritme kerja saya, menyesuaikan pemberi pekerjaan. Ada yang musti berangkat pagi buta, ada juga berangkat sekalian antar anak sekolah, pernah setengah siang atau jelang sore sekalian.
Pada saat tertentu, ada pekerjaan yang membuat saya pulang tengah malam, pada keesokan hari berangkat sebelum subuh. Pernah menginap karena ke luar kota, sehari atau sampai berhari-hari.
Sementara saya, belum mandi dengan memakai kaos oblong  bersandal jepit, memboncengkan anak ke sekolah.