"Ya, saya seniman,"ulang Dian Sastro mantap, seolah menunjukkan kepada kami peserta talkshow, bahwa dia bangga menjalani profesinya sebagai seniman atau pemain film.
"Mas ngeblog saja ya, emang istrinya kerja kantoran?"
Saya pernah (beberapa kali) mendapat pertanyaan semacam itu, dan di dalam intonasi suara yang tertangkap gendang telinga seperti ada yang disimpan di benak penanya. Entahlah, apa saya saja yang sedang terlalu perasa atau baper, tapi dalam pertanyaan di atas, seperti ada nada menyangsikan (meski saya pikir ada juga nada merendahkan) dengan pekerjaan ngeblog.
Saya menangkap di kalimat pertanyaan tersebut, terbalut pertanyaan bersayap, sebuah kesan laki-laki yang sudah menjadi suami dan ayah, apa cukup menafkahi keluarga dengan ngeblog saja. Selanjutnya, (masih perasaan saya nih) kepala keluarga yang ngeblog, dimungkinkan "mengandalkan" penghasilan dari pihak istri -- semoga perasaan saya salah, hehehe.
Kali pertama mendapat pertanyaan seperti itu, (jujur, tidak bisa dipungkiri) sempat ada perasaan kesal menyelinap. Tetapi setelah dua tiga kali mendengar pertanyaan sama, akhirnya saya terbiasa dan berdamai, kemudian dengan santai menjawab seperlunya (sebatas apa yang ditanyakan)
"Istri saya ibu rumah tangga," jawab saya tidak terpancing.
Sejak dari awal menikah, (tanpa intervensi saya) memang istri ingin menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus anak-anak. Saya semula ragu dengan pilihan ini, bahwa hidup di kota besar dan dari satu sumber pendapatan. Namun, saya meyakini bahwa rejeki tidak tertukar, kami bisa menjalani dan kini setelah anak-anak besar, istri berjualan secara online.
"Oooo" balasnya, seperti ada rasa tidak enak.
Kemudian biasanya, si penanya langsung mengalihkan pembicaraan ke topik lain, berusaha mencairkan suasana dengan guyonan, dan saya sudah tidak mempermasalahkan.