Buah hati, lazimnya akan mencontoh dari apa yang mereka lihat. Kalau orang tuanya tidak gemar makan sayur, bagaimana mengajak anak-anak suka sayuran.
Ternyata, menjalin komunikasi dengan anak bisa dibilang, susah-susah gampang. Dari channel youtube yang saya saksikan, ada teori komunikasi yang dinamakan "teori sandwich".
Tahu kan sandwich, komposisi paling atas adalah roti (biasanya berbentuk segiempat atau segitiga) kemudian bagian tengah adalah isi (sayur, keju, daging, saos) paling atas ditutup dengan roti lagi.
Nah, roti paling bawah dalam sandwich, bisa diumpamakan sebuah pujian. Kemudian isi bagian tengah sandwich, diumpamakan pesan yang ingin disampaikan. Roti paling atas atau penutup, kita ibaratkan dengan pujian lagi.
Dalam berkomunikasi dengan anak ada tehniknya, agar anak tidak merasa "diintimidasi". Caranya, beri anak pujian dulu, kemudian sampaikan maksud dan tujuan, tutup dengan pujian juga.
Baru setelah pembukaan yang menyenangkan, disambung dengan inti yang ingin disampaikan. Bisa dengan memberi contoh keseharian, apa yang pernah orang tua atau orang lain alami.
"Adek, Ayah/Bunda dulu pernah susah buang air besar, ternyata, kata dokter kurang makan serat," atau ," ...adek, jeruk yang ayah bawa manis deh, adek cobain gih, jeruk kan mengandung banyak nutrisi," begitu seterusnya.
Baru pada penutup perbincangan, selipi dengan kalimat pujian sekaligus bisa menyemangati. "Ayah yakin, adek pasti bisa," atau "Adek kan keren, pasti bisa donk."
Saya membayangkan, betapa indah komunikasi orang tua dan anak. Kalau keduanya, berada dalam posisi dan situasi yang sejajar.
Orang tua tidak sedang memasang kuda-kuda, seolah bersiap menyalahkan dan mengorek kesalahan anak. Pun anak, tidak sedang berada, dalam kondisi menjadi pesakitan, apapun diperbuat salah di mata ayah ibunya.