Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menerapkan "Teori Sandwich" dalam Berkomunikasi dengan Anak

11 Oktober 2017   08:12 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:21 1964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sandwichworks.com

Buah hati, lazimnya akan mencontoh dari apa yang mereka lihat. Kalau orang tuanya tidak gemar makan sayur, bagaimana mengajak anak-anak suka sayuran.

Ternyata, menjalin komunikasi dengan anak bisa dibilang, susah-susah gampang. Dari channel youtube yang saya saksikan, ada teori komunikasi yang dinamakan "teori sandwich".

Tahu kan sandwich, komposisi paling atas adalah roti (biasanya berbentuk segiempat atau segitiga) kemudian bagian tengah adalah isi (sayur, keju, daging, saos) paling atas ditutup dengan roti lagi.

Nah, roti paling bawah dalam sandwich, bisa diumpamakan sebuah pujian. Kemudian isi bagian tengah sandwich, diumpamakan pesan yang ingin disampaikan. Roti paling atas atau penutup, kita ibaratkan dengan pujian lagi.

Dalam berkomunikasi dengan anak ada tehniknya, agar anak tidak merasa "diintimidasi". Caranya, beri anak pujian dulu, kemudian sampaikan maksud dan tujuan, tutup dengan pujian juga.

keluarga Ricky Harun - dokpri
keluarga Ricky Harun - dokpri
"Adik, anak ayah yang soleh dan cerdas, tau ga, ayah sedang bawa apa", atau misal via phone, "Assalamualaikum anak hebat, kesayangan ayah, sudah makan siang apa belum?"

Baru setelah pembukaan yang menyenangkan, disambung dengan inti yang ingin disampaikan. Bisa dengan memberi contoh keseharian, apa yang pernah orang tua atau orang lain alami.

"Adek, Ayah/Bunda dulu pernah susah buang air besar, ternyata, kata dokter kurang makan serat," atau ," ...adek, jeruk yang ayah bawa manis deh, adek cobain gih, jeruk kan mengandung banyak nutrisi," begitu seterusnya.

Baru pada penutup perbincangan, selipi dengan kalimat pujian sekaligus bisa menyemangati. "Ayah yakin, adek pasti bisa," atau "Adek kan keren, pasti bisa donk."

Saya membayangkan, betapa indah komunikasi orang tua dan anak. Kalau keduanya, berada dalam posisi dan situasi yang sejajar.

Orang tua tidak sedang memasang kuda-kuda, seolah bersiap menyalahkan dan mengorek kesalahan anak. Pun anak, tidak sedang berada, dalam kondisi menjadi pesakitan, apapun diperbuat salah di mata ayah ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun