Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menerapkan "Teori Sandwich" dalam Berkomunikasi dengan Anak

11 Oktober 2017   08:12 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:21 1964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sandwichworks.com

Siapa sih, tidak suka hidup sehat. Meski kadang nih, keinginan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan-hehehe.

Pengin punya badan segar bugar, tapi nyatanya malas olah raga dan atau gerak badan. Maunya sih, punya bobot badan ideal. Buktinya, masih saja gemar makan gorengan, konsumsi makanan yang manis-manis dan suka asupan karbohidrat berlebihan.

"Gak Tahu nih, susah banget ngerem makan ini itu", "Pengin sih rajin olah raga, tapi kok ga ada teman yang mau diajak", "Saya tuh, kalau makan buah doang jadinya kepala pusing, daripada sakit kalau dipaksa", dan sebagainya dan sebagainya.

Aneka alibi kerap dilontarkan, seperti mengajak orang lain memaklumi alasan diri sendiri. Padahal, siapa yang mau merubah keadaan kalau bukan dari dalam diri.

Memang, menerapkan gaya hidup sehat, ibarat perang besar melawan ego. Semua perlu perjuangan, untuk mencapai tujuan hidup lebih baik. Padahal, kalau badan benar-benar sehat, kita juga yang merasakan nikmatnya.

Belakangan, saya sedang giat-giatnya, mantengin channel Youtube tentang gaya hidup sehat. Hampir setiap pagi saya search channel dimaksud, berjaga-jaga kalau episode baru sudah di-upload.

Rasanya pengin menjadi orang nomor satu, mengetahui tips tentang hidup sehat. Apalagi, tips yang disampaikan simple dan akrab dalam hidup sehari-hari.

Namun, ada yang jauh lebih penting, yaitu mempraktekkan ilmu didapat dalam keseharian. Sungguh sia-sia, kalau kita sudah tahu dan paham tapi tidak diaplikasikan.

Ibarat sudah tahu di ujung jalan ada jurang, sekaligus sudah tahu resiko kalau berjalan terus. Tapi, kita terus saja menyediakan diri jatuh dalam jurang tersebut.

-0-

Ada satu episode menarik di Youtube, perihal mengajak anak gemar makan buah dan sayur. Kita para orang tua saja, kadang sulit konsumsi asupan kaya serat, apalagi anak-anak.

Buah hati, lazimnya akan mencontoh dari apa yang mereka lihat. Kalau orang tuanya tidak gemar makan sayur, bagaimana mengajak anak-anak suka sayuran.

Ternyata, menjalin komunikasi dengan anak bisa dibilang, susah-susah gampang. Dari channel youtube yang saya saksikan, ada teori komunikasi yang dinamakan "teori sandwich".

Tahu kan sandwich, komposisi paling atas adalah roti (biasanya berbentuk segiempat atau segitiga) kemudian bagian tengah adalah isi (sayur, keju, daging, saos) paling atas ditutup dengan roti lagi.

Nah, roti paling bawah dalam sandwich, bisa diumpamakan sebuah pujian. Kemudian isi bagian tengah sandwich, diumpamakan pesan yang ingin disampaikan. Roti paling atas atau penutup, kita ibaratkan dengan pujian lagi.

Dalam berkomunikasi dengan anak ada tehniknya, agar anak tidak merasa "diintimidasi". Caranya, beri anak pujian dulu, kemudian sampaikan maksud dan tujuan, tutup dengan pujian juga.

keluarga Ricky Harun - dokpri
keluarga Ricky Harun - dokpri
"Adik, anak ayah yang soleh dan cerdas, tau ga, ayah sedang bawa apa", atau misal via phone, "Assalamualaikum anak hebat, kesayangan ayah, sudah makan siang apa belum?"

Baru setelah pembukaan yang menyenangkan, disambung dengan inti yang ingin disampaikan. Bisa dengan memberi contoh keseharian, apa yang pernah orang tua atau orang lain alami.

"Adek, Ayah/Bunda dulu pernah susah buang air besar, ternyata, kata dokter kurang makan serat," atau ," ...adek, jeruk yang ayah bawa manis deh, adek cobain gih, jeruk kan mengandung banyak nutrisi," begitu seterusnya.

Baru pada penutup perbincangan, selipi dengan kalimat pujian sekaligus bisa menyemangati. "Ayah yakin, adek pasti bisa," atau "Adek kan keren, pasti bisa donk."

Saya membayangkan, betapa indah komunikasi orang tua dan anak. Kalau keduanya, berada dalam posisi dan situasi yang sejajar.

Orang tua tidak sedang memasang kuda-kuda, seolah bersiap menyalahkan dan mengorek kesalahan anak. Pun anak, tidak sedang berada, dalam kondisi menjadi pesakitan, apapun diperbuat salah di mata ayah ibunya.

"Teori sandwich". Sungguh, baru saya dengar pagi ini. Pengin menerapkan pada anak-anak di rumah, agar hubungan kami menjadi lebih berkualitas.

Salam buat anak-anak ya ayah bunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun