Mohon tunggu...
Agung Widiatmoko
Agung Widiatmoko Mohon Tunggu... Teknisi - Pekerja Biasa

Menulislah selama bisa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Orang Buta

8 Oktober 2019   13:09 Diperbarui: 8 Oktober 2019   13:21 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah anda pernah mendengar tentang sekumpulan orang buta yang memegang seekor gajah? Orang Pertama memegang ekornya lalu beranggapan bahwa Gajah itu kecil dan panjang, Orang kedua Memegang kakinya Lalu mereka beranggapan bahwa Gajah itu Pendek dan hanya satu dekapan tangan, Orang lainya ada yang memegang telinga sehingga dalam pikiranya ia beranggapan bahwa Gaja itu lebar dan tipis, dan sebagian lainya ada yang memegang belalainya lantas mempunyai pendapat dan anggapan bahwa Gajah itu sedikit panjang dan berlubang.

Itulah secuil gambaran demokrasi kita saat ini, dimana semua sibuk menafsirkan bahwa Demokrasi itu adalah A, B, C dan seterusnya sesuai dari sudut mana mereka memandangnya, dan masing-masing orang merasa benar dengan pendapatnya yang hanya sepenggal-sepenggal tanpa pernah mau melihat secara utuh. Sehingga apapun yang dilakukan dan selalu berbenturan, bukan soal Benar dan salah melainkan benturan antara Kebenaran satu dengan Kebenaran lainya dan tak ada yang mau mengakui kesalahan masing-masing atau kekurangan masing-masing semua berebut suara dan saling memaksakan kebenaranya masing-masing.

Lalu apa makna "Demokrasi" sesungguhnya? Jika ditinjau dari segi bahasa, Demokrasi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari  kata Demos dan Kratos, Demos : mempunyai artian "Rakyat" dan Kratos : mempunyai artian "Kekuasaan" yang jika digabungkan Demokrasi sendiri berarti Kekuasaan Rakyat, atau Rakyat yang Berkuasa, tentu saja pandangan apapun sangat lumrah dan wajar juga diperbolehkan, yang  menjadi tidak wajar adalah ketika paradigma atau pandangan kita yang menurut kita benar kita paksakan kepada orang selain kita dengan cara apapun. Sebab kebenaran itu Relatif dan juga tebagi menjadi beberapa jenis, ada kebenaran Individu, da nada kebenaran majemuk atau orang banyak yang akan melahirkan kebenaran yang hakiki atau kebenaran Mutlak.

Lantas apa hubunganya dengan Negara kita? Jika Kekuasaan ditangan Rakyat sesuai dengan makna Demokrasi yang sesungguhnya, apakah Demokrasi kita sudah sesuai dan sejalan dengan makna Demokrasi sesungguhnya? Mungkin bukan jawaban yang akan saya sampaikan tetapi kita lihat saja apa yang terjadi di Negara kita saat ini dan beberapa puluh tahun terakhir, apakah Rakyat punya kuasa mutlak dalam menentukan pilihanya? 

Apakah Rakyat punya kebebasan menyampaikan pendapatnya? Pesta demokrasi di Negara kita hanya menjadi konsumsi public dan selebrasi lima tahunan, dimana rakyat disuruh memilih para wakil rakyat yang mereka tidak pernah mengenalnya, dan tidak pernah menentukanya sendiri, Rakyat di pilihkan oleh partai partai politik yang dibentuk dan dimiliki oleh sebagian orang yang mempunyai kuasa dan lahan bisnis, itulah yang disebut dengan Oligarki.

Demokrasi di Negara ini bukan saja Demokrasi Orang buta melainkan Bisu, dan tuli. Dimana rakyat dipaksakan harus mengikuti kemauan orang orang yang mengaku wakil rakyat melalui regulasi-regulasi yang mereka ciptakan tanpa harus mendengarkan dan meminta pendapat dari Rakyat yang menurut ruh Demokrasi sendiri Rakyatlah pemegang kekuasaanya.

Bahkan beberapa hari terakhir ketika rakyat menyampaikan pendapatnya sebagai bukti ketidak percayaanya dan ketidak setujuanya terhadap regulasi yang mereka akan tetapkan justru mendapatkan tindakan represifitas dan banyak yang menjadi sasaran penangkapan  dengan tuduhan memprovokasi dan masih banyak lagi. 

Lantas sebagai rakyat apakah kita akan diam melihat hal ini terus menerus dilakukan? Apalagi jika regulasi, peraturan, ataupun kebijakan tidak ada satupun yang akan menguntungkan dan memberi rasa aman kepada kita sebagai Rakyat dan justru membahayakan sebuah Negara yang sangat kita cintai ini? 

Maka pertanyaanya adalah apakah kita lalu pantas berteriak NKRI harga Mati dan selalu berteriak tentang Nasionalisme? Sementara ketika Negara dalam kondisi yang terancam dengan aturan, kebijakan dan Regulasi yang akan diterapkan oleh mereka yang mengatasnamakan Wakil rakyat justru kita diam dan pura pura buta dan tidak mau tahu? 

Kemudian mungkin akan muncul pertanyaan dalam benak kita, di manakah Fungsi TNI, POLRI? Bukankah mereka yang menjaga keutuhan dari Negara kita? Yang saya ingin sampaikan adalah bahwa TNI, POLRI lebih mementingkan kedaulatan Penguasa (Pemerintah) bukan Kedaulatan Negara yang kekuasaan tertingginya berada di tangan Rakyat, dan mereka lebih memilih membela mati matian Para Penguasa (Pemerintah) dan wakil rakyat meskipun kebijakanya, aturanya dan regulasi yang akan dibuatnya justru akan membahyakan Negaranya.

Mereka akan lebih memilih berhadapan dengan Rakyat meskipun mereka sadar bahwa, Seragam, Senjata dan seluruh atribut mereka yang dipakainya itu berasal dari Uang Rakyat yang dikelola oleh pemerintah dan dibagikan kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun