Mohon tunggu...
Agiska Melani Putri
Agiska Melani Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswi semester 3 jurusan PGMI di UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Support System : Fondasi Penting dalam Psikologi Pendidikan

20 September 2025   20:33 Diperbarui: 20 September 2025   20:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu merasa belajar sendirian itu melelahkan? Nilai ujian turun, tugas menumpuk, dosen menegur, sementara pikiran makin kalut. Lalu, tiba-tiba ada yang datang sekadar berkata, "Tenang, kamu nggak sendiri. Aku percaya kamu bisa." Kalimat sederhana itu mungkin tidak menyelesaikan soal matematika atau membuat skripsi cepat selesai, tapi cukup untuk menyalakan kembali semangat yang sempat padam. Inilah yang disebut support system, sumber energi emosional yang kerap menjadi faktor penentu dalam psikologi pendidikan.

Dalam praktik sehari-hari, banyak orang masih melihat pendidikan sebatas angka, ranking, atau prestasi akademik. Padahal menurut psikologi pendidikan, keberhasilan belajar juga sangat ditentukan oleh faktor sosial dan emosional. Support system hadir sebagai energi yang menopang motivasi, membantu mengelola emosi, serta menjaga kesehatan mental siswa maupun mahasiswa. Dukungan ini bisa datang dari berbagai arah seperti keluarga, guru, teman sebaya, pasangan, hingga lingkungan sosial.

Keluarga, misalnya, menjadi fondasi pertama. Orang tua yang mendengarkan keluh kesah anaknya, memahami kesulitan belajar, dan tetap memberi semangat meski nilai tidak sesuai harapan, sejatinya sedang membangun kepercayaan diri anak untuk terus berjuang. Guru pun tidak kalah penting. Dalam psikologi pendidikan, guru bukan hanya pengajar, melainkan juga role model yang bisa menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan diri peserta didik. Teman sebaya juga berperan besar; pertemanan yang sehat bisa menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, penuh semangat, dan bebas tekanan.

Menariknya, pasangan atau pacar juga bisa menjadi bagian dari support system. Banyak mahasiswa yang mengaku bahwa motivasi belajar mereka meningkat berkat dukungan pasangan. Seorang mahasiswi, misalnya, pernah bercerita hampir menyerah mengerjakan skripsi karena stres, tetapi pacarnya dengan sabar menemani ke perpustakaan, memberi semangat lewat pesan singkat, bahkan sekadar mengingatkan untuk beristirahat. Hal sederhana itu ternyata menjadi energi besar yang membuatnya mampu melanjutkan perjuangan akademiknya. Namun, tentu saja tidak semua hubungan memberikan dampak positif. Jika hubungan justru membuat stres, menguras energi, dan mengganggu fokus belajar, maka pasangan tidak lagi berfungsi sebagai support system, melainkan beban. Artinya, kualitas support jauh lebih penting daripada sekadar keberadaan seseorang.

Psikologi pendidikan sebenarnya sudah lama menekankan pentingnya interaksi sosial dalam belajar. Lev Vygotsky, misalnya, melalui teorinya tentang Zone of Proximal Development (ZPD), menegaskan bahwa perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh bimbingan dan dukungan dari orang-orang terdekat. Sementara itu, teori Social Learning dari Albert Bandura menunjukkan bagaimana perilaku belajar dapat dibentuk melalui pengamatan, interaksi, dan motivasi sosial. Kedua teori ini memperkuat pandangan bahwa support system bukan sekadar tambahan, melainkan salah satu inti dalam proses pendidikan.

Tanpa support system, siswa ibarat berjuang sendirian di medan perang. Mereka mungkin tetap bisa mencapai nilai akademik tertentu, tetapi sering kali harus menanggung tekanan psikologis yang berat. Stres, cemas, hingga perasaan rendah diri menjadi bayang-bayang yang sulit dihindari. Sebaliknya, dengan adanya dukungan yang sehat, proses pendidikan menjadi lebih menyenangkan, penuh kehangatan, dan bermakna.

Pendidikan sejatinya bukan sekadar transfer ilmu, melainkan perjalanan membentuk manusia seutuhnya: cerdas, tangguh, dan berkarakter. Karena itu, support system yang sehat perlu dibangun bersama, baik di rumah, di sekolah, dalam pertemanan, maupun dalam hubungan pribadi. Jika lingkungan sekitar mampu menjadi ruang aman dan suportif, maka generasi muda akan tumbuh dengan motivasi yang kuat, kesehatan mental yang terjaga, dan kesiapan menghadapi tantangan kehidupan.

Sebagaimana sebuah kutipan bijak mengatakan, "Behind every successful student, there is not only hard work, but also people who believe in them." Dukungan yang tulus bukan hanya membuat proses belajar lebih ringan, tetapi juga menjadikan perjalanan pendidikan jauh lebih indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun