Nasionalisme tidak lagi hanya diukur melalui keberadaan fisik seseorang di dalam negeri. Di era globalisasi, banyak individu yang tetap memiliki nasionalisme tinggi meskipun tinggal di luar negeri. Adapun beberapa bentuk kontribusi diaspora terhadap tanah air diantaranya:
1) Transfer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Banyak ilmuwan dan profesional Indonesia yang berbagi ilmu dengan institusi di tanah air melalui seminar, pelatihan, dan kolaborasi penelitian.
2) Remitansi Ekonomi: Pekerja migran Indonesia mengirimkan miliaran dolar ke tanah air setiap tahunnya, yang berdampak pada peningkatan ekonomi keluarga dan masyarakat.
3) Jaringan Internasional: Diaspora dapat menjadi jembatan bagi Indonesia dalam membangun hubungan ekonomi dan diplomasi dengan berbagai negara.
4) Kekuatan Pendukung Persaingan: Dalam konteks olahraga sepakbola khususnya, pemain diaspora menjadi tambahan kekuatan berharga untuk mengibangi kualitas dari negara lain, khususnya yang sudah berada pada level lebih tinggi.
Dengan kata lain, tinggal di luar negeri tidak berarti mengabaikan tanah air. Justru, ada banyak cara untuk tetap berkontribusi meskipun dari kejauhan.
Mengapa Memilih #KaburAjaDulu?
Tidak semua orang memilih untuk pergi karena alasan yang sama. Meskipun ada beberapa alasan utama yang mendorong seseorang untuk meninggalkan Indonesia dan pergi jauh keluar negeri, yaitu:
1- Kesempatan Ekonomi yang Lebih Baik: Besaran gaji dan peluang karier di luar negeri biasanya dianggap lebih menarik dibandingkan yang terdapat di dalam negeri.
2- Kualitas Hidup: Sebagian orang berusaha mencari lingkungan dengan sistem pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang lebih baik. Saat ini, padangan tersebut cenderung lebih disematkan ke luar negeri daripada di negeri sendiri.
3- Ketidakpuasan terhadap Pemerintah: Isu korupsi, birokrasi yang berbelit, serta kebijakan yang tidak mendukung inovasi sering kali menjadi alasan utama seseorang memilih pergi. Apalagi dengan situasi negara yang carut marut seperti sekarang.
Hanya saja, sebuah pertanyaan mendasar perlu kita jawab disini, yakni apakah kepergian tersebut bersifat sementara ataukah permanen? Apakah mereka yang pergi itu benar-benar meninggalkan Indonesia sepenunya, atau justru kembali dengan membawa pengalaman dan perubahan bagi bangsa?
Perjalanan setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang pergi dan tak kembali, tetapi ada yang pergi dengan tetap berkontribusi, dan ada pula yang akhirnya kembali untuk membangun negeri.
Beberapa contoh nyata adalah Habibie yang kembali ke Indonesia untuk mengembangkan industri penerbangan, atau diaspora Indonesia di Silicon Valley yang membantu startup dalam negeri. Atau pemain sepak bola naturalisasi yang sebenarnya juga kembali "mewakili" orangtuanya untuk Indonesia.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah #KaburAjaDulu itu salah atau benar, tetapi bagaimana kita memastikan bahwa mereka yang memilih pergi tetap dapat berkontribusi bagi tanah air. Karena pada akhirnya, nasionalisme bukan soal di mana kita tinggal, tetapi sejauh mana kita peduli dan memberikan manfaat bagi negeri ini.
Sepakat?
Maturnuwun,
Growthmedia
NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com