Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder MasterMIND, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Begin With Planning

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Dari Eksodus ke Diaspora, #KaburAjaDulu dan Definisi Baru Nasionalisme

17 Februari 2025   13:55 Diperbarui: 19 Februari 2025   04:44 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbondong-bondongnya orang Indonesia merantau ke luar negeri, apakah kerugian bagi Bangsa Indonesia? | Ilustrasi gambar: freepik.com/4045

Fenomena #KaburAjaDulu tengah menjadi perbincangan hangat masyarakat, khususnya netizen. Banyak yang melihatnya sebagai bentuk eksodus, di mana individu memilih pergi dari tanah air demi kehidupan yang dianggapnya lebih baik di luar negeri. Meskipun, ada pula yang melihatnya sebagai bentuk diaspora, di mana mereka yang pergi justru berpotensi menjadi jembatan bagi kemajuan bangsa.

Ini bukan hanya persoalan individu yang ingin keluar dari zona nyamannya, tetapi juga tentang bagaimana nasionalisme didefinisikan ulang di era globalisasi. Apakah pergi ke luar negeri itu tanda meninggalkan tanah air, atau justru bagian dari kontribusi bagi bangsa?

Di satu sisi, ada kekhawatiran bahwa fenomena ini bisa berujung pada brain drain atau hilangnya talenta-talenta terbaik yang seharusnya membangun negeri sendiri. Namun, di sisi lain, banyak contoh sukses diaspora yang justru menjadi kekuatan bagi negara asalnya.

Sebagai contoh, Joseph Stiglitz, ekonom pemenang Nobel, yang pernah berkata, "A country's best asset is its people, and when they go abroad, they do not necessarily cease to contribute." (Aset terbaik sebuah negara adalah rakyatnya, dan ketika mereka pergi ke luar negeri, mereka tidak serta-merta berhenti berkontribusi.)

Maka, pertanyaannya sekarang adalah, apa yang membedakan antara eksodus dan diaspora? Bagaimana seseorang yang memilih #KaburAjaDulu tetap bisa memberikan dampak bagi tanah air? 

Ketika Pergi adalah Pilihan

Eksodus sering dikaitkan dengan perpindahan besar-besaran suatu kelompok masyarakat yang meninggalkan negaranya, baik karena tekanan ekonomi, politik, ataupun sosial.

Dalam sejarah masa lalu, kita mengenal eksodus bangsa Yahudi dari Mesir, gelombang emigrasi orang Eropa ke Amerika Serikat pada abad ke-19, sampai dengan arus pengungsi akibat perang di Timur Tengah.

Sedangkan dalam konteks Indonesia, beberapa orang melihat fenomena #KaburAjaDulu sebagai eksodus modern, di mana individu memilih keluar dari negeri sendiri karena merasa tidak memiliki kesempatan yang cukup di dalam negeri.

Namun, di sisi lain, diaspora adalah fenomena di mana individu tetap memiliki ikatan kuat dengan tanah air meskipun tinggal di luar negeri. Diaspora Indonesia sudah lama menjadi bagian penting dalam jaringan global yang berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan budaya bangsa.

Misalnya, banyak ilmuwan, profesional, dan wirausahawan Indonesia yang bekerja di luar negeri, tetapi tetap aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi di Indonesia. Dengan kata lain, perbedaan utama antara eksodus dan diaspora terletak pada apakah seseorang masih merasa memiliki keterikatan dan kontribusi terhadap tanah airnya atau tidak.

Nasionalisme tidak lagi hanya diukur melalui keberadaan fisik seseorang di dalam negeri. Di era globalisasi, banyak individu yang tetap memiliki nasionalisme tinggi meskipun tinggal di luar negeri. Adapun beberapa bentuk kontribusi diaspora terhadap tanah air diantaranya:

1) Transfer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Banyak ilmuwan dan profesional Indonesia yang berbagi ilmu dengan institusi di tanah air melalui seminar, pelatihan, dan kolaborasi penelitian.

2) Remitansi Ekonomi: Pekerja migran Indonesia mengirimkan miliaran dolar ke tanah air setiap tahunnya, yang berdampak pada peningkatan ekonomi keluarga dan masyarakat.

3) Jaringan Internasional: Diaspora dapat menjadi jembatan bagi Indonesia dalam membangun hubungan ekonomi dan diplomasi dengan berbagai negara.

4) Kekuatan Pendukung Persaingan: Dalam konteks olahraga sepakbola khususnya, pemain diaspora menjadi tambahan kekuatan berharga untuk mengibangi kualitas dari negara lain, khususnya yang sudah berada pada level lebih tinggi.

Dengan kata lain, tinggal di luar negeri tidak berarti mengabaikan tanah air. Justru, ada banyak cara untuk tetap berkontribusi meskipun dari kejauhan.

Mengapa Memilih #KaburAjaDulu?

Tidak semua orang memilih untuk pergi karena alasan yang sama. Meskipun ada beberapa alasan utama yang mendorong seseorang untuk meninggalkan Indonesia dan pergi jauh keluar negeri, yaitu:

1- Kesempatan Ekonomi yang Lebih Baik: Besaran gaji dan peluang karier di luar negeri biasanya dianggap lebih menarik dibandingkan yang terdapat di dalam negeri.

2- Kualitas Hidup: Sebagian orang berusaha mencari lingkungan dengan sistem pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang lebih baik. Saat ini, padangan tersebut cenderung lebih disematkan ke luar negeri daripada di negeri sendiri.

3- Ketidakpuasan terhadap Pemerintah: Isu korupsi, birokrasi yang berbelit, serta kebijakan yang tidak mendukung inovasi sering kali menjadi alasan utama seseorang memilih pergi. Apalagi dengan situasi negara yang carut marut seperti sekarang.

Hanya saja, sebuah pertanyaan mendasar perlu kita jawab disini, yakni apakah kepergian tersebut bersifat sementara ataukah permanen? Apakah mereka yang pergi itu benar-benar meninggalkan Indonesia sepenunya, atau justru kembali dengan membawa pengalaman dan perubahan bagi bangsa?

Perjalanan setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang pergi dan tak kembali, tetapi ada yang pergi dengan tetap berkontribusi, dan ada pula yang akhirnya kembali untuk membangun negeri.

Beberapa contoh nyata adalah Habibie yang kembali ke Indonesia untuk mengembangkan industri penerbangan, atau diaspora Indonesia di Silicon Valley yang membantu startup dalam negeri. Atau pemain sepak bola naturalisasi yang sebenarnya juga kembali "mewakili" orangtuanya untuk Indonesia.

Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah #KaburAjaDulu itu salah atau benar, tetapi bagaimana kita memastikan bahwa mereka yang memilih pergi tetap dapat berkontribusi bagi tanah air. Karena pada akhirnya, nasionalisme bukan soal di mana kita tinggal, tetapi sejauh mana kita peduli dan memberikan manfaat bagi negeri ini.

Sepakat?

Maturnuwun,

Growthmedia

NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun