Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola "New Normal" dan Hilangnya Sisi Psikologis Olahraga

19 Juni 2020   13:52 Diperbarui: 19 Juni 2020   20:48 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak pertandingan sepak bola di tengah pandemi covid-19. (sumber: Twitter @OEFBL)

"Faktor suporter begitu memberikan suntikan tenaga yang luar biasa. Saat suporter tidak ada lagi maka yang menentukan hasil akhir pertandingan bisa jadi hanya strategi pelatih, kualitas pemain, dan keberuntungan saja."

Beberapa liga sepakbola bergengsi di dunia sudah banyak yang kembali bergulir setelah beberapa waktu terpaksa diliburkan akibat pandemi virus corona COVID-19 yang semakin meluas. 

Namun sepertinya seluruh penyelenggara kompetisi termasuk klub-klub yang bermain tidak bisa berlama-lama lagi liburan karena efeknya bisa semakin banyak. 

Gaji pemain, pelatih, hingga staf klub beberapa waktu lalu saja sempat bermasalah sehingga muncul usulan terkait pemotongan gaji. Beberapa pemain rela penghasilannya dipangkas demi agar klub bersangkutan tetap mampu menggaji seluruh karyawan yang ada. Tapi sampai berapa lama hal itu berlangsung? Tentu tidak bisa terlalu lama. 

Dan ketika momen pandemi menemukan titik reda hal itu langsung dimanfaatkan oleh setiap pemilik kompetisi untuk bergegas memulai kembali semuanya. Ada risiko memang. 

Sehingga mesti diberikan jalan tengah penyelesaian supaya olah raga paling dicintai publik dunia ini bisa kembali bergulir. Cara itu adalah "new normal". Tetap menggelar pertandingan tapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Dan yang paling krusial adalah meniadakan keberadaan penonton atau suporter didalam stadion.

Bagi klub-klub peserta kompetisi hal itu tidak masalah. Demikian juga bagi operator liga, petinggi federasi sepakbola, bahkan pemilik stasiun televisi. Bagi mereka mungkin jalannya kompetisi masih terlihat sama seperti sebelumnya. 

Namun sepertinya tidak seperti itu yang dirasakan oleh pemain di lapangan, pun sebagian penikmat olah raga ini dari kejauhan. Ketiadaan suporter seperti mereduksi salah satu sisi menarik sepakbola yang erat kaitannya dengan aspek psikologis.

Selama ini pula suporter yang hadir di stadion dianggap sebagai pemain kedua belas. Sebuah apresiasi betapa berharganya peran serta suporter untuk memberikan dukungan secara moril kepada para pemain.

Sudah tidak terhitung jumlahnya keajaiban-keajaiban didalam pertandingan sepakbola yang disebabkan oleh peran keberadaan suporter. Seperti saat FC Barcelona tertinggal 4 gol tanpa balas pada leg pertama Liga Champion Eropa beberapa tahun lalu dari tim ibukota Prancis, Paris Saint Germain (PSG). 

Sepertinya El Barca akan tersingkir secara memalukan. Tapi leg kedua digelar di kandang FC Barcelona, Camp Nou, yang artinya mereka bertanding di hadapan publik fanatik mereka sendiri. 

Dukungan para suporter akan menjadi energi tambahan luar biasa. Dan memang benar, EL Barca melakukan La Remontada atau aksi comeback yang heroik. Menaklukkan PSG dengan skor besar, 6 -- 1. Barca berhasil lolos ke babak berikutnya.

Peristiwa serupa juga kembali terjadi tahun lalu. Yaitu saat Liverpool takluk 3 gol tanpa balas oleh tim catalan, FC Barcelona, di Camp Nou. Berbagai pemberitaan media masa menyebut bahwa Barcelona sudah menginjakkan satu kakinya ke final. 

Sedikit lagi. Tinggal 45 menit lagi saja di leg kedua yang harus dilewati dengan aman. Kalah sebiji dua biji gol tidak apa-apa. Tapi The Reds yang bermain di hadapan publiknya sendiri percaya dengan slogan ou'll Never Walk Alone. 

Suporter si merah berada dibelakang sebelas pemain Liverpool FC. Apa jadinya? Liverpool begitu kesetanan dan membuat Lionel Messi cs seperti diajari cara bermain sepabola dengan baik dan benar. 

El Barca menyerah 4 gol tanpa balas. Padahal kedua tim sama-sama bermain dengan kondisi skuad yang tidak jauh berbeda dengan leg pertama. Strategi pun juga mirip. 

Tapi perbedaan besarnya adalah Liverpool FC memiliki suporter yang luar biasa. Terus mengintimidasi para pemain FC Barcelona selama pertandingan berjalan, dan sekaligus membakar semangat para pemain Liverpool. Terbukti peran suporter memang tidak bisa diremehkan.

Ada sangat banyak keluhan, kekhawatiran, dan perasaan hilang ketika sebuah kesebelasan bermain tanpa penonton. Seperti saat mereka menjalani hukuman pertandingan tanpa penonton atau karena pertandingan dialihkan. 

Atmosfer pertandingan serasa sangat berbeda. Sehingga tidak jarang banyak tim mengajukan banding tatkala mendapat hukuman bermain tanpa penonton. Karena bagaimanapun juga faktor psikologis dukungan suporter membuat pertandingan terasa sangat berbeda. Pertandingan menjadi lebih hidup.

Sepakbola Menjadi Semata Tentang Teknis?

Mungkinkah sepakbola new normal ini menjadikan segalanya serba teknis? Apabila sebelum-sebelumnya kita sering melihat kejutan ketika tim semenjana berhasil mengalahkan tim bertabur bintang saat bermain dihadapan pendukungnya sendiri, maka apakah hal itu juga akan terjadi di periode sekarang? 

Faktor suporter begitu memberikan suntikan tenaga yang luar biasa. Saat suporter tidak ada lagi maka yang menentukan hasil akhir pertandingan bisa jadi hanya strategi pelatih, kualitas pemain, dan keberuntungan saja. 

Sepakbola menjadi lebih mudah ditebak daripada sebelumnya. Barangkali pasar taruhan diluar sana juga akan menawarkan "tarif" yang berbeda.

Sepakbola yang mudah ditebak adalah representasi olahraga yang monoton. Begitu-begitu saja. Dramanya kurang greget. Emosinya kurang terasa. 

Para pemenang kompetisi sepertinya akan lebih mudah diprediksi. Saya sendiri sanksi bahwa akan terjadi lagi keajaiban juara liga seperti saat Leicester City berhasil menguasai Liga Inggris beberapa tahun lalu. 

Dominasi kompetisi kemungkinan besar hanya akan terdistribusi pada beberapa tim besar saja. Padahal dalam situasi normal saja sangat sulit bagi tim-tim "non tradisional" untuk "menyalip di tikungan", apalagi saat new normal. Hal ini bisa kita saksikan beberapa waktu lalu saat Bundesliga Jerman berlangsung. 

Kala Borussia Dortmund takluk oleh Bayern Muencehn di kaandang sendiri. Pertandingan itu digelar dalam periode new normal alias tanpa suporter. Biasanya Dortmund begitu tangguh dihadapan pendukungnya sendiri. 

Tapi saat itu ia kalah. Terlapas dari kualitas hebat yang dimiliki para pemain Bayern, saya yakin ada peran ketiadaan suporter sehingga membuat Dortmund kehilangan kesempatan memangi pertandingan. 

Padahal jika Dortmund menang waktu itu, mungkin mereka akan berhasil menjegal laju Bayern memenangi kompetisi Bundesliga untuk delapan musim beruntun.

Apakah sepakbola new normal akan bisa dinikmati para pecinta bola senikmat yang dulu-dulu? Bisa iya dan bisa jadi tidak. La Liga Spanyol membuat sebuah langkah yang cukup menarik dengan menghasilkan "penonton virtual" di tribun stadion. Liga sepakbola di Korea Selatan bahkan menaruh boneka-boneka di tribun suporter sebagai upaya serupa. 

Memunculkan tampilan yang seakan-akan penuh dengan penonton. Padahal sebenarnya tidak ada. Hal itu sebagai upaya untuk mewakili ketidakhadiran penonton dalam stadion. Hanya saja atmosfernya masih terasa sangat berbeda. Dan sepertinya harus ada upaya lain untuk menyiasati faktor ketiadaan penonton tersebut.

Seiring dengan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut bahwa COVID-19 masih akan terus bertahan lama, tentunya harus ada terobosan-terobosan baru untuk menyiasati aspek psikologis sepakbola terkait ketiadaan suporter. Apabila hal ini terus terjadi tanpa ada solusi yang tepat, maka bersiaplah menikmati pertandingan sepakbola yang sekadar teknis semata.

Salam hangat,
Agil S Habib 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun