Faktor suporter begitu memberikan suntikan tenaga yang luar biasa. Saat suporter tidak ada lagi maka yang menentukan hasil akhir pertandingan bisa jadi hanya strategi pelatih, kualitas pemain, dan keberuntungan saja.Â
Sepakbola menjadi lebih mudah ditebak daripada sebelumnya. Barangkali pasar taruhan diluar sana juga akan menawarkan "tarif" yang berbeda.
Sepakbola yang mudah ditebak adalah representasi olahraga yang monoton. Begitu-begitu saja. Dramanya kurang greget. Emosinya kurang terasa.Â
Para pemenang kompetisi sepertinya akan lebih mudah diprediksi. Saya sendiri sanksi bahwa akan terjadi lagi keajaiban juara liga seperti saat Leicester City berhasil menguasai Liga Inggris beberapa tahun lalu.Â
Dominasi kompetisi kemungkinan besar hanya akan terdistribusi pada beberapa tim besar saja. Padahal dalam situasi normal saja sangat sulit bagi tim-tim "non tradisional" untuk "menyalip di tikungan", apalagi saat new normal. Hal ini bisa kita saksikan beberapa waktu lalu saat Bundesliga Jerman berlangsung.Â
Kala Borussia Dortmund takluk oleh Bayern Muencehn di kaandang sendiri. Pertandingan itu digelar dalam periode new normal alias tanpa suporter. Biasanya Dortmund begitu tangguh dihadapan pendukungnya sendiri.Â
Tapi saat itu ia kalah. Terlapas dari kualitas hebat yang dimiliki para pemain Bayern, saya yakin ada peran ketiadaan suporter sehingga membuat Dortmund kehilangan kesempatan memangi pertandingan.Â
Padahal jika Dortmund menang waktu itu, mungkin mereka akan berhasil menjegal laju Bayern memenangi kompetisi Bundesliga untuk delapan musim beruntun.
Apakah sepakbola new normal akan bisa dinikmati para pecinta bola senikmat yang dulu-dulu? Bisa iya dan bisa jadi tidak. La Liga Spanyol membuat sebuah langkah yang cukup menarik dengan menghasilkan "penonton virtual" di tribun stadion. Liga sepakbola di Korea Selatan bahkan menaruh boneka-boneka di tribun suporter sebagai upaya serupa.Â
Memunculkan tampilan yang seakan-akan penuh dengan penonton. Padahal sebenarnya tidak ada. Hal itu sebagai upaya untuk mewakili ketidakhadiran penonton dalam stadion. Hanya saja atmosfernya masih terasa sangat berbeda. Dan sepertinya harus ada upaya lain untuk menyiasati faktor ketiadaan penonton tersebut.
Seiring dengan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut bahwa COVID-19 masih akan terus bertahan lama, tentunya harus ada terobosan-terobosan baru untuk menyiasati aspek psikologis sepakbola terkait ketiadaan suporter. Apabila hal ini terus terjadi tanpa ada solusi yang tepat, maka bersiaplah menikmati pertandingan sepakbola yang sekadar teknis semata.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ