Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggadaikan Idealisme Demi Eksistensi Diri

31 Januari 2019   07:49 Diperbarui: 31 Januari 2019   07:53 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : milesfilms.net

Dapat kita lihat bahwa musisi-musisi yang begitu mengagungkan idealismenya kebanyakan bekerja secara mandiri (indie). Mereka ingin menyampaikan musik sesuai selera mereka sendiri, jauh dari pragmatisme yang begitu menggoda dengan tawaran eksistensinya. 

Di era yang semakin maju ini entah mengapa seolah-olah idealisme itu terkesan tidak memberi jaminan akan eksistensi. Dalam dunia olahraga seperti sepakbola misalnya, perkembangan dunia modern memberi kita contoh-contoh betapa pragmatisme adalah lebih utama dibandingkan idealisme. 

Dulu tim sepakbola FC Barcelona begitu mensakralkan kostumnya dari tempelan logo sponsor. Baju bagian depan terlihat polos selama puluhan tahun demi label bahwa FC Barcelona mes que un club (lebih dari sekedar klub) tetap murni terjaga. 

Akan tetapi idealisme itu perlahan punah seiring beberapa tahun teakhir sudah mulai melekat tulisan sponsor di kostum bertanding mereka. Mereka melakukan ini dengan harapan mendapatkan guyuran besar dana sponsor dengan salah satu harapannya adalah agar eksistensi klub tetap terjaga. 

Kita semua tahu bahwa sepakbola saat ini merupakan ladang bisnis yang menjanjikan. Ketika olahraga orientasi utamanya adalah uang, maka idealisme yang sebelumnya dianggap sakral sekalipun bisa dengan begitu mudahnya diabaikan.

Sumber gambar : milesfilms.net
Sumber gambar : milesfilms.net
Kita banyak belajar bahwa idealisme itu tidak mudah dijaga oleh seorang individu atau suatu kelompok, terlebih di tengah era yang di kanan kirinya ada tarik ulur kepentingan, serta kebutuhan untuk tetap menjaga eksistensi.

Eksistensi agar lebih dikenal atau supaya terlihat menonjol, eksistensi untuk tetap menjadi "pemain utama" dalam suatu komunitas, dan eksistensi untuk terus bertahan hidup. 

Pada akhirnya pragmatisme akan menggerus nilai-nilai istimewa yang dimiliki oleh individu atau komunitas. Keunikan yang dimiliki sebelumnya, seiring dengan adanya pragamatisme akan sedikit demi sedikit hilang dan menjadikan kita pribadi biasa seperti halnya yang lain. 

Karakter pribadi  yang hendaknya menjadi value utama dalam menilai justru terabaikan. Tidak ada lagi yang spesial dengan diri kita.  Demi sebuah eksistensi idealisme rela digadaikan.

Apakah idealisme itu tidak penting? Sah-sah saja jika sebagian dari kita menganggapnya demikian. Namun saya ingin coba memberi satu contoh lagi suatu peristiwa dimana seorang wanita itu seharusnya harus memiliki idealisme kuat untuk menjaga kesucian dirinya. 

Saya kira kita sepakat bahwa kesucian wanita harus terus dijaga sampai kapanpun, dan ia hanya akan "menyerahkan" dirinya sepenuhnya kepada suami sahnya kelak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun