Mohon tunggu...
Aghry Amirul Salman
Aghry Amirul Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Hi I'm Here

tulisan merupakan pelarian dari liarnya pikiran

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Imaji Mimpi

24 Februari 2021   10:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   10:44 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ya emang itu kan tujuannya." Jawab Ezer singkat. Sontak jalanan yang tadinya sepi kini dipenuhi tawa kencang dari mereka berdua.

Mulai saat itu lah keinginan Ares yang ingin menjadi seorang pengusaha sukses di gandeng oleh kawan sejatinya Ezer yang selalu membantu dan mendukung Ares demi sebuah angan.

H+1 setelah hari kelulusan pagi itu. Ares dengan tekad yang masih sama seperti beberapa bulan yang lalu ketika terbangun dari mimpinya. Kini ia sudah memiliki rencana, dengan bekal pengalaman membantu ibunya berdagang di halaman rumah setiap pulang sekolah, Ares memutuskan untuk merintis bisnisnya sendiri, Uang tabungan dari kelas 2 SMP nya di korbankan untuk menjadi sebuah modal, langkah yang bagus bagi dirinya. Ares membuka sebuah warung kopi kecil-kecilan di sebelah kota yang ia tinggali, sebenarnya niat awal Ares adalah membuka sebuah kedai cafe tapi ia mengurungkan hal tersebut karena belum memiliki keterampilan dalam meracik sebuah kopi, jadi Ares memutuskan untuk menjual kopi instan terlebih dahulu yang pembuatannya hanya perlu ia seduh, di samping itu Ares sembari mengasah dan belajar dengan Ezer cara meracik kopi. Tapi Ezer tidak sepenuhnya membantu Ares dalam usahanya tersebut, Ezer memutuskan untuk kuliah karena ia tidak bisa menolak apa yang di minta oleh orang tuanya. Ezer mengambil jurusan manajemen bisnis, ilmu yang ia dapat dari kuliah membantu sekali untuk Ares yang bisa langsung Ezer praktekan kepadanya, dan Ezer pun mendapat uang tambahan dari usaha tersebut, sebuah simbiosis mutualisme dari 2 orang anak yang saling melengkapi. 

Beberapa bulan berjualan kini usaha Ares belum juga menemukan titik maju, ia pun sadar semua butuh proses dan waktu, yang terpenting kita jangan melihat waktu tapi perlu melihat proses selama apapun waktunya jika prosesnya kurang maka itu sia-sia, jadi Ares selalu optimis bahwa apa yang ia rintis akan menjadi sebuah capaian manis. Seorang pria dengan pakaian kemeja lengan panjang yang di gulung hingga siku datang ke warung kopi Ares, dengan badannya yang cukup tinggi ia melihat lihat sekitar, seperti seorang seniman yang menilai sebuah karya. lalu ia melihat menu yang di sajikan di warung kopi itu, Ares yang sedang sibuk menyeduh secangkir kopi mencuri-curi pandangan kepada pria tersebut sembari berkata.

"sore mas, mau kopi apa?." Ujar Ares kepada pria tersebut sembari terus mengaduk-aduk gelas yang berisikan kopi susu kala itu.

"disini semua kopi sachet ya mas? kirain saya mas ngeracik bikin sendiri." Kata pria tersebut lalu duduk di kursi tepat di depan meja pesan.

"eh iyaa mas, saya belum bisa kalo untuk buat kopi sendiri, masih belajar sih lebih tepatnya. Maklum pak saya buka warung ini aja belum sampe setengah taun, bentar ya mas." Ucap Ares lalu mengantarkan kopi itu ke meja pesanan seorang wanita yang masih muda sedang membaca baca sebuah buku di sudut warung kopi.

"ini mba silakah." Kata Ares

"terimakasih mas." Jawab wanita tersebut yang langsung menurunkan pandangannya dari buku yang ia baca. Ares lalu kembali ke meja pesanan, lalu ia bertanya sekali lagi kepada pria tadi.

"jadi mau kopi apa nih mas?." Azer tersenyum sambil mengambil tisu lalu mengelap tangannya.

"ini aja deh." Pria tersebut menunjukan kopi yang di maksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun