Pancasila Sebagai Benteng di Era Globalisasi

Era globalisasi membawa banyak challenge bagi generasi muda. Arus informasi yang sangat cepat dapat membawa pengaruh positif. Namun, bisa juga berubah menjadi negatif jika tidak disikapi dengan bijak. Dalam menghadapi hal itu, Pancasila berperan sebagai 'tameng' karakter generasi muda.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengingatkan generasi muda untuk beriman dan bertakwa agar tidak mudah untuk  terjerumus pada perilaku buruk. Misalnya, plagiarisme dalam tugas sekolah maupun kuliah. Meskipun sulit, lebih baik mengerjakan dengan usaha sendiri karena kejujuran sesuai dengan nilai agama.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengajarkan untuk menghargai sesama dan menolak sikap egois. Contohnya, kasus bullying dan ujaran kebencian di media sosial yang seharusnya bisa dihindari dengan sikap sopan dan memilih berdiskusi secara sopan.

Sila Persatuan Indonesia membimbing agar generasi muda tidak mudah terpecah karena perbedaan. Seperti  kelompok pertemanan yang merendahkan kelompok lain, sebaiknya diubah menjadi sikap saling menghargai dan bekerja sama.

Sila Kerakyatan menekankan pentingnya musyawarah dalam mengambil keputusan. Contohnya dalam organisasi sekolah atau kampus, perbedaan pendapat bisa diselesaikan dengan mendengarkan semua suara, bukan memaksakan kehendak.

Sila Keadilan Sosial menegaskan agar bersikap adil dan peduli terhadap seluruhnya. Misal, tidak mengejek teman yang kurang mampu lalu membantunya agar semua bisa belajar dengan baik.

Apabila kelima sila Pancasila benar-benar dijadikan benteng karakter, generasi muda akan tumbuh menjadi pribadi yang baik, benar, dan mampu menjaga jati diri bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.