Kami memutuskan untuk mencari Lidya pada jam istirahat kali ini. Dan, kami merahasiakannya kepada semua orang.
Huh, lelah rasanya mencari Lidya kemana-mana. Kami sudah mencarinya di setiap sudut ruangan, tapi tidak ada Lidya. Hingga pencariankami terhenti di toilet tua yang berada di belakang sekolah. Sesampainya di sana, tiba-tiba kami mendengar suara tangisan seseorang. Mendengar suara itu, kami pun lari terbirit-birit sambil berteriak ketakutan.
Karena lelah berlari, kami pun membeli es krim dan duduk di bangu taman sekolah sambil bercakap-cakap.
"Ih... ternyata di toilet itu ada hantunya ya, serem ih, jadi gak mau ke sana lagi."
"Iya, untung saja tadi kita belum buka pintunya. Kalau sudah, mungkin kita bisa pingsan melihat hantu."
"Ah, paling cuma halusinasi saja. Mana mungki ada hantu di siang bolong begini. Kalian ini takut banget baru denger begitu saja."
Aku berpikir sejenak. Suara hantu menangis? Itu terdengar mustahil bagiku. Jangan-jangan, itu adalah suara Lidya yang selama ini selalu terlihat habis menangis setelah jam istirahat! Tanpa pikir panjang, aku pun menarik lengan Jenia dan Dina menuju toilet itu lagi.
"Liya, ada apa? Kenapa kamu menarik legan kita?"
"Kita ke toilet tua di belakang sekolah yang tadi lagi!"
"Apa? Aku gak mau, di sana ada hantunya."
"Bukan, tadi itu bukan suara hantu, aku yakin itu adalah suara Lidya."