Mohon tunggu...
Afif icad
Afif icad Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya beranang saya suka film saya suka bermain peran dan ingin membuat band sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Patologi Sosial di Sekitar Kita: Mengupas Fenomena Bullying dari Sisi Sosiologis dan Psikologis

11 Oktober 2025   13:50 Diperbarui: 11 Oktober 2025   14:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bullying 3 anak terhadap anak yang lebih kecil https://share.google/images/ad2j1ZBpsf3pQJAJJ

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat berbagai perilaku menyimpang yang membuat resah masyarakat --- mulai dari kekerasan, perundungan (bullying), penyalahgunaan narkoba, hingga gaya hidup hedonis di kalangan remaja.

Fenomena-fenomena tersebut merupakan contoh nyata dari patologi sosial, yaitu gejala "penyakit sosial" yang menandakan adanya gangguan pada tatanan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Patologi sosial tidak bisa dipandang hanya sebagai bentuk pelanggaran moral, melainkan juga sebagai cerminan adanya masalah mendalam dalam sistem sosial dan psikologis individu. Karena itu, untuk memahami fenomena ini, kita perlu melihatnya melalui kacamata teori sosial dan psikologi modern.

Fenomena Bullying: Potret Patologi Sosial Remaja

Salah satu kasus yang banyak terjadi di sekitar kita adalah perundungan (bullying) di sekolah maupun di media sosial.

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan peningkatan signifikan kasus bullying dalam beberapa tahun terakhir, terutama di dunia digital.

Bullying tidak hanya meninggalkan luka emosional bagi korban, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang lebih luas diantaranya menurunnya rasa aman, rusaknya hubungan antarindividu, dan melemahnya solidaritas sosial di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Sudut Pandang Sosiologi: Anomie dan Disorganisasi Sosial

Dari perspektif sosiologi, ada dua teori yang dapat menjelaskan mengapa perilaku menyimpang seperti bullying bisa muncul:

1. Teori Anomie -- mile Durkheim

Durkheim menjelaskan bahwa anomie muncul ketika norma sosial melemah sehingga individu kehilangan arah moral.

Dalam konteks remaja, ketika nilai-nilai moral tidak lagi kuat dalam lingkungan mereka, tindakan kekerasan dan perundungan sering dijadikan cara untuk mencari pengakuan atau status sosial.

2. Teori Disorganisasi Sosial -- Shaw & McKay

Teori ini menekankan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena lemahnya ikatan sosial dalam komunitas.

Ketika keluarga, sekolah, dan masyarakat gagal berfungsi sebagai pengendali sosial, remaja cenderung meniru perilaku agresif yang mereka lihat di sekitarnya.

Pandangan Psikologi: Pembelajaran Sosial dan Frustrasi-Agresi

Dari sisi psikologi, terdapat dua teori utama yang menjelaskan munculnya perilaku bullying:

1. Teori Pembelajaran Sosial (Albert Bandura)

Menurut Bandura, manusia belajar dengan meniru perilaku yang mereka amati, terutama jika perilaku itu mendapat penghargaan.

Remaja yang terbiasa melihat kekerasan di rumah, film, atau media sosial bisa menganggap hal itu "biasa saja" dan kemudian menirunya tanpa sadar.

2. Teori Frustrasi-Agresi (Dollard & Miller)

Teori ini berpendapat bahwa perilaku agresif muncul karena adanya frustrasi yang tidak tersalurkan.

Misalnya, remaja yang merasa gagal dalam pelajaran atau kurang mendapat perhatian dari orang tua mungkin menyalurkan rasa kecewanya dengan melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Hubungan Antara Faktor Sosial dan Psikologis

Patologi sosial seperti bullying tidak dapat dipahami hanya dari satu sisi saja.

Ia merupakan hasil dari interaksi antara faktor sosial dan psikologis, seperti:

1.Lemahnya norma sosial dan kontrol masyarakat.

2.Pengaruh lingkungan yang permisif terhadap kekerasan.

3.Krisis identitas pada remaja.

4.Rendahnya empati dan pengalaman traumatis masa kecil.

Kombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan kondisi sosial yang memungkinkan perilaku menyimpang tumbuh subur di kalangan remaja.

Langkah Pencegahan dan Solusi

Untuk menekan maraknya patologi sosial, perlu dilakukan upaya yang menyeluruh melalui berbagai aspek kehidupan, seperti:

1. Pendidikan karakter di sekolah yang menumbuhkan empati, tanggung jawab, dan kemampuan mengendalikan diri.

2. Peran aktif keluarga dalam memberikan perhatian, kasih sayang, dan teladan positif.

3. Kebijakan sosial yang memperkuat solidaritas komunitas serta menyediakan ruang aman bagi korban kekerasan.

4. Pendampingan psikologis bagi korban dan pelaku untuk memutus rantai kekerasan dan mencegah perilaku serupa di masa depan.

Penutup

Patologi sosial merupakan cermin dari kondisi kesehatan sosial dan mental masyarakat.

Melalui pendekatan sosiologis dan psikologis, kita memahami bahwa perilaku menyimpang seperti bullying bukan sekadar masalah individu, melainkan hasil dari struktur sosial dan kondisi emosional yang kompleks.

Kesadaran bersama, pendidikan nilai, serta dukungan sosial yang berkelanjutan menjadi kunci penting dalam menciptakan masyarakat yang sehat, baik secara sosial maupun psikologis.

Referensi

Durkheim, . (1897). Suicide: A Study in Sociology.

Shaw, C. R., & McKay, H. D. (1942). Juvenile Delinquency and Urban Areas.

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory.

Dollard, J., & Miller, N. E. (1939). Frustration and Aggression.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun