Mohon tunggu...
Kak Guruu
Kak Guruu Mohon Tunggu... Nurbaiti Afifah

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Berpikir-Bergerak-Bermanfaat)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peran Guru Menurut John Dewey

8 Mei 2025   07:51 Diperbarui: 8 Mei 2025   08:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 7 Mei 2025 dalam kajian filsafat kali ini, Dr. Fahruddin Faiz membedah pemikiran John Dewey, tokoh besar dalam dunia filsafat pendidikan dari aliran pragmatisme. Dewey lahir pada tahun 1859 dan wafat pada 1952. Ia dikenal sebagai seorang filsuf, akademisi di University of Michigan, serta aktivis gerakan sipil di Amerika. Meski awalnya hendak menjadi pendeta, Dewey kemudian terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran filsafat yang membentuk jalan hidupnya sebagai seorang pemikir pendidikan. Uniknya, ia menikah dengan mahasiswinya sendiri, dan anak-anak mereka menjadi inspirasi dalam karya-karya Dewey tentang pendidikan.

Pragmatisme: Filsafat Kebenaran Berdasarkan Manfaat

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang kebenaran bukan sebagai sesuatu yang mutlak, tetapi diuji melalui manfaat praktis dan hasilnya dalam pengalaman nyata.

Dua ciri khas pragmatisme ala John Dewey:

  1. Experientialism: Pengetahuan harus lahir dari pengalaman langsung.
  2. Instrumentalism: Ide dan pemikiran adalah alat untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Dewey menyatakan:

"Kebenaran adalah apa yang memberikan kepuasan dalam keyakinan saat keyakinan itu terbukti berhasil dalam tindakan."

Pengetahuan: Pengalaman + Refleksi

Menurut Dewey:

"We do not learn from experience... we learn from reflecting on experience."

Belajar tidak hanya terjadi melalui pengalaman, tapi melalui refleksi atas pengalaman tersebut. Inilah yang ia sebut sebagai Reflective Thinking---mengorganisir pengalaman dan menemukan makna darinya. Proses inilah yang membentuk pengetahuan yang mendalam dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun