Mohon tunggu...
Afifah KhairunisaAziz
Afifah KhairunisaAziz Mohon Tunggu... Mahasiswa UNAIR

Saya adalah pribadi yang suka ketenangan namun terkadang perlu sedikit keramaian untuk menghibur kesepian yang saya alami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manis Kini, Pahit Nanti: Generasi Muda dan Ancaman Diabetes

13 September 2025   00:05 Diperbarui: 13 September 2025   00:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern saat ini, konsumsi minuman dan makanan manis semakin menjadi gaya hidup yang sulit dihindari, terutama di kalangan anak muda. Kehadiran minuman boba, kopi susu kekinian, hingga camilan instan dengan kadar gula tinggi telah menjadikan generasi muda seakan "terjebak" dalam konsumsi gula berlebih yang tampak menyenangkan, tetapi menyimpan risiko serius. Fenomena ini kemudian menimbulkan kekhawatiran, sebab di balik rasa manis yang memanjakan lidah, terdapat ancaman berupa meningkatnya risiko penyakit diabetes mellitus di usia yang masih muda.

            Gaya hidup remaja masa kini yang lekat dengan tren, kepraktisan, dan media social semakin memperparah situasi ini. Minuman manis kerap dijadikan ajang menunjukkan eksistensi maupun bagian dari aktivitas bersosialisasi. Hampir setiap hari, mereka dihadapkan dengan promosi minuman atau makanan bergula melalui iklan digital atau konten-konten media sosial yang menarik sehingga konsumsi gula berlebih dianggap hal yang wajar. Padahal, menurut World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa batas aman konsumsi gula harian hanya sekitar 25 gram atau setara enam sendok teh. Namun, kenyataannya, banyak anak muda mengonsumsi jauh lebih dari jumlah tersebut.

            Risiko kesehatan akibat pola konsumsi gula berlebih tidak bisa dipandang remeh. Diabetes mellitus, yang dahulu lebih banyak menyerang orang berusia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Selain diabetes, kelebihan konsumsi gula juga meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme. Dampak jangka panjang tersebut kerap luput dari perhatian karena gejalanya berkembang secara perlahan dan terasa belum relevan dengan kehidupan sehari-hari anak muda.

Di sisi lain, masih banyak orang lebih mementingkan kepuasan sesaat dibandingkan memikirkan dampak jangka panjang. Budaya konsumtif terhadap makanan manis mencerminkan bagaimana kesehatan sering kali dikorbankan demi mengikuti tren. Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi mengenai pentingnya pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sejak dini. Padahal, kesehatan merupakan bentuk investasi berharga yang akan menentukan kualitas hidup generasi di masa depan.

Generasi muda sebagai kelompok yang produktif memiliki peluang besar untuk melakukan perubahan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bisa ditumbuhkan melalui edukasi gizi di sekolah, kampus, maupun melalui kampanye digital yang kreatif dan dekat dengan bahasa mereka. Pemerintah bersama dengan lembaga pendidikan juga dapat berkolaborasi dalam merancang program pembatasan akses minuman tinggi gula di lingkungan belajar, sekaligus menyediakan pilihan yang lebih sehat. Selain itu, gaya hidup sehat dapat dipopulerkan melalui komunitas, olahraga bersama, dan konten positif di media sosial yang mendorong anak muda untuk lebih bijak dalam menentukan asupan makanan.

            Peran keluarga juga sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah ini. Pembiasaan pola makan sehat sejak dini dapat menjadi dasar bagi anak muda dalam menentukan pilihan konsumsi mereka. Orang tua dapat berperan dengan menyediakan makanan rumah yang bergizi seimbang, membatasi pemberian camilan manis, serta memberikan contoh menjaga pola hidup sehat. Dengan demikian, perubahan tidak hanya datang dari individuu, tetapi juga dari lingkungan sosial yang mendukung.

            Berdasarkan paragraf di atas, dapat dikatakan bahwa fenomena "generasi manis" yang terjebak pada konsumsi gula berlebih merupakan masalah serius yang perlu segera ditangani. Anak muda yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa justru terancam kesehatannya akibat gaya hidup yang kurang bijak. Melalui edukasi, peran keluarga, dukungan lembaga, serta kesadaran individu, risiko diabetes maupun penyakit degeneratif lainnya dapat diminimalisasi. Membangun kebiasaan sejak dini akan menjadi bekal penting dalam mewujudkan generasi muda yang tangguh, produktif, dan berkualitas.

KATA KUNCI: Diabetes, Generasi, Gula, Kesehatan, Muda

                          

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Rohmani, S., 2021. Konsumsi Gula dan Risiko Penyakit Tidak Menular. Jurnal Gizi dan Kesehatan, 13(2), pp. 45-52.

Hasnah, Risnahyanti, Saputri, M. & Undaryati, Y.M., 2025, 'UPDATE TERKINI: DIABETES MELITUS PADA REMAJA', Edukreatif: Jurnal Kreativitas dalam Pendidikan, 6(1).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun