Mohon tunggu...
A Afgiansyah
A Afgiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Digital communication specialist

Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

TV Rating Vs Algoritma Youtube

24 Mei 2022   20:23 Diperbarui: 26 Mei 2022   09:52 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap menit muncul konten-konten baru dengan total durasi gabungan sekitar 500 menit. Di tengah 'hutan' konten yang sangat lebat itu, kreator konten perlu paham bagaimana agar videonya masuk ke dalam rekomendasi otomatis sehingga meraih banyak tontonan. Bagaimana algoritma Youtube bekerja?

Ini rahasia perusahaan. Youtube tidak pernah merinci kerja algoritma di platform itu. Namun mereka memberikan cara-cara pada kreator konten agar muncul dalam rekomendasi otomatis. Seperti TV rating, Youtube menyajikan pengukuran performa konten yang tayang. 

Dua indikator kunci keberhasilan konten adalah views dan watch time. Jika keduanya memperoleh jumlah yang baik, maka tayangan akan sering muncul dalam rekomendasi otomatis berdasarkan algoritma.

Views atau tontonan berarti banyaknya orang menonton suatu video yang dipublikasikan ke Youtube. Sementara "watch time" berarti berapa lama orang menonton video tersebut. 

Bisa saja orang menonton satu video dalam durasi sangat pendek misalnya 1 detik. Jika videonya berdurasi 10 menit, maka menjadi tidak menarik. Secara bisnis, potensi iklan pun berkurang. Youtube menyisipkan beragam bentuk iklan jika pengguna menonton suatu video lebih lama. 

Karena itu, Youtube mendorong para pembuat konten untuk mengejar "watch time". Semakin tinggi "views" dan "watch time", semakin besar potensi iklan yang masuk. 

Memang ada sederet syarat lain untuk masuk rekomendasi otomatis Youtube. Misalnya optimalisasi pada mesin pencari atau search engine optimization (SEO). Pembuat konten diminta untuk memastikan kata kunci secara berkesinambungan pada judul, deskripsi, dan tag agar muncul sebagai rekomendasi pada fitur "search". 

Belum lagi subscriber atau pelanggan. Youtuber diminta mengajak pengguna untuk mengikuti channel tempat menampung konten mereka. Semakin banyak subscriber, semakin mudah meraih tontonan dengan bantuan fitur notifikasi dari Youtube. 

Pada intinya indikator yang dibuat Youtube hampir sama seperti TV rating. Kreator konten diminta untuk memperhatikan jumlah tontonan berdasarkan kuantitas penonton, bukan kualitas isi tontonan. 

Lalu, persis seperti penyelenggara siaran TV yang mengejar rating untuk kepentingan pengiklan, para Youtuber juga berlomba mengejar views dan watch time demi mendatangkan lebih banyak pengiklan. Kualitas pun bisa jadi terabaikan. Ini satu penyebab kemunculan konten-konten sensasional besutan kreator di Youtube hingga sebagian terjeblos ke penjara.

Pembeda tayangan Youtube dan siaran TV tentunya dari para penyaji kontennya. Siapa saja bisa menjadi penyaji tayangan di Youtube baik profesional maupun amatir. Sementara penyelenggara siaran TV tunduk kepada regulasi. Hanya profesional yang diperbolehkan menyediakan tayangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun